Rabu, 18 Januari 2017

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL HUDA RANGIMULYA KABUPATEN TEGAL



IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL HUDA RANGIMULYA KABUPATEN TEGAL

oleh
Muhammad Syamsuddin
Mahasiswa Pascasarjana IAIN Pekalongan 
Tahun 2016

  1. Pendahuluan
a.       Latar belakang masalah
Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan, karena manusia diciptakan bukan sekedar untuk hidup. Ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang mesti diwujudkan, dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh lewat pendidikan. Inilah salah satu perbedaan antara manusia dengan makhluk lain, yang membuatnya  lebih  unggul  dan  lebih  mulia.  Pendidikan  dipandang  sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan  pokok dalam membentuk  generasi mendatang adalah aspek pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan. Pendidikan dalam maknanya yang luas senantiasa menstimulir, menyertai dan membimbing perubahan-perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.
Di tinjau dari sudut pandang pendidikan Islam, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mushtafa al-Maraghiy bahwa strategi pelaksanaan pendidikan dirumuskan pada dua bagian. Pertama,  tarbiyat khalqiyat,  yaitu penciptaan,  pembinaan  dan pengembangan  jasmani peserta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi perkembangan jiwanya. Kedua, tarbiyat diniyat tahzibiyat, yaitu  pembinaan jiwa dan kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu Ilahi.[1]
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa antara manusia dan pendidikan tidak bias dipisahkan karena dengan proses pendidikanlah manusia senantiasa akan mampu menumbuhkembangkan segenap potensinya. Pada dasarnya manusia adalah merupakan mahluk yang memiliki banyak kesamaan dengan mahluk lainnya, seperti gharizah (insting) dan hasrat atau keinginan  untuk  berkembang  secara  naluri  akan  tetapi  yang  membedakan antara keduanya  terletak  pada dimensi  pengetahuan,  kesadaran  dan tingkah laku. Hal itulah yang memberikan keunggulan pada manusia dengan mahluk lain.[2]
Sebagaimana  pandangan Ibnu Sina tentang tujuan diselenggarakannya pendidikan harus diarahkan  pada  pengembangan   seluruh potensi yangdimiliki oleh seseorang kearah perkembangannya yang sempurna.[3] Selain itu, pendidikan harus diarahkan pada upaya mempersiapkan  peserta  didik  agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya  sesuai dengan bakat, kesiapan,  kecendrungan dan potensi yang dimilikinya.[4]
Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba bahwa, pendidikan adalah merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[5] Dalam definisi tersebut, terlihat dengan jelas bahwa secara umum yang dituju oleh kegiatan pendidikan adalah terbentuknya kepribadian  yang  utama.  Oleh  karena  itu  untuk  mewujutkan  kepribadian tersebut,  maka  penyelenggaraan pendidikan tidak hanya  ditujukan memberikan   atau mentransfer ilmu  pengetahuan serta membekali siswa dengan segenap   skill untuk menunjang kehidupan mereka akan tetapi pendidikan juga harus dirumuskan untuk mengembangkan fitrah yang menjadi sifat dasar bagi manusia.
Pendidikan  merupakan  upaya  yang  terencana  dalam  proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun ruhani. Manusia yang berakhlak mulia, yang memiliki   moralitas tinggi sangat dituntut untuk dibentuk atau dibangun. Bangsa Indonesia tidak hanya sekedar memancarkan kemilau pentingnya   pendidikan, melainkan bagaimana bangsa Indonesia mampu merealisasikan konsep pendidikan dengan cara pembinaan, pelatihan dan  pemberdayaan  SDM  Indonesia  secara  berkelanjutan  dan  merata.  Ini sejalan dengan Undang-undang No.20 tahun 2003  tentang Sisdiknas  yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah“ agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Agar tujuan pendidikan diatas tercapai dan terwujud, maka pelaksanaan pendidikan  baik formal  maupun  non formal, harus menyentuh  ketiga ranah tersebut diatas yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akan tetapi bila dilihat dari realita yang ada saat ini, bagaimana pelaksanaan  pendidikan  disetiap  satuan  lembaga  pendidikan.Fakta mengatakan bahwa saat ini hampir semua lembanga pendidikan yang ada baik negri  maupun swasta berlomba-lomba  membekali siswa  siswinya  dengan ilmu pengetahuan  dan skill dalam arti kemampuan dalam bekerja sehingga siswa  mampu  bersaing  dan  mempertahankan  hidupnya. 
Sedangkan pembentukan watak, karakter atau ahlak nyaris hampir tidak diperhatikan dan inilah  pendidikan  yang selama  ini terlupakan, padahal  karakter  inilah  yang menentukan pada arah masa depan yang lebih cerah. Suatu bangsa akan mengalami  keterpurukan disebabkan karena  tidak memiliki  karakter  yang baik. hal itulah yang mengakibatkan bangsa ini terpuruk dan tidak keluar dari krisis multi dimensi.[6]
Dekadensi moral yang dialami oleh generasi bangsa ini juga  menunjukkan  bahwa  pelaksanaan  pendidikan  yang  selama  ini diselenggaran  kurang menyentuh  pada pembentukan  karakter siswa. Hal itu ditandai dengan maraknya pergaulan bebas antar pemuda dan pemudi, maraknya sek bebas tauran antar pemuda. Oleh karena itu, membetuk karakter adalah merupakan hal yang paling penting. Mengingat begitu pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya  pendidikan  karakter yang dilakukan  dengan  tepat, dapat dikatakan  bahwa  pembentukan  kaakter tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, oleh karena itu diperlukan kepedulian dari berbagai pihak, baik pemerintah,  masyarakat,  keluarga maupun sekolah.
Dengan demikian, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan Idialnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan keseluruh   aspek  kehidupan, termasuk lembaga pemdidikan. Alasan-alasan  di atas menunjukkan bahwa pendidikan karakter sangat perlu  ditanamkan  sedini  mungkin  untuk  mengantisipasi  persoalan  di  masa depan yang semakin kompleks seperti semakin rendahnya perhatian dan kepedulian anak terhadap lingkungan sekitar, tidak memiliki tanggungjawab, rendahnya  kepercayaan  diri,  dan  lain-lain. 
Lickona menggagas pandangan bahwa pendidikan karakter adalah upaya terencana untuk membantu orang untuk memahami, peduli, dan bertindak atas nilai-nilai etika/moral. Pendidikan karakter  ini mengajarkan kebiasaan berpikir dan berbuat yang membantu  orang hidup dan bekerja bersama-sama sebagai keluarga, teman, tetangga, masyarakat, dan bangsa.
Sebenarnya untuk membangun karakter seorang anak mestinya dimulai dari lingkungan keluarga dalam arti bahwa keluarga mempunyai peranan besar dalam membentuk karakter anak tanpa mengecualikan lingkungan sekolah dan sosial, sekolah dan lingkungan sosial juga  ikut andil dalam membentuk karakter anak. Selain itu lembaga pendidikan khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter. Hal itu dimaksudkan  agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat. Kemudian sekolah merupakan tempat yang didalamnya terdapat kegiatan yang terencana untuk menumbuh kembangkan potensi anak serta mentransfer ilmu pengetahuan.
Adapun yang menjadi alasan peneliti mengambil objek penelitian di MI Nurul Huda Rangimulya karena beberapa tahun terakhir ini lembaga tersebut telah mengimplementasikan pendidikan karakter (character education)  yang dirumuskan  untuk  membekali  siswa  agar  menjadi  pribadi- pribadi yang tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan, intlegensi dan skill akan tetapi sekolah berupaya membentuk karakter siswa dengan berbagai pendekatan. Oleh karena itulah peneliti sangat tertarik untuk mengetahui implemetasi sistem pendidikan karakter yang dilaksanakan di MI Nurul Huda Rangimulya.

b.      Rumusan masalah
1)      Bagaimana hakikat pendidikan karakter di MI Nurul Huda Rangimulya?
2)      Bagaimana   implementasi   sistem   pendidikan   karakter   dalam   proses pembelajaran di MI Nurul Huda Rangimulya?

  1. Penemuan Teori Terdahulu
Furqon Hidayatullah mengungkapkan bahwa karakter kaitannya dengan moral, etika, budi pekerti, yang berarti kekuatan mental atau sesuatu yang membedakan individu dengan yang lainnya. Akan tetapi tidak dijeskan strategi pembentukan pembentukan karakter dan tidak menjelaskan tentang prinsip  pembentukan  karakter.  Di  sebutkan  bahwa  pada  dasarnya semua  manusia  memiliki  karakter  bawaan  yang menjadi  watak bagi setiap  individu  akan  tetapi  bukan  berarti  karakter  itu  tidak  bisa dibentuk,  mengingat  begitu  pentingnya  sumberdaya  manusia  (SDM) yang memiliki karakter yang unggul maka perlu diselenggarankan pendidikan karakter karena salah satu syarat untuk membangun bangsa yang ungggul maka bangsa tersebut harus memiliki SDM yang unggul pula.
Selain itu, disebutkan pula bahwa pendidikan karakter dapat dimasukkan pada proses pembelajaran tiap mata pelajaran. Selainnya itu, buku tersebut hanya menjelaskan beberapa karakter-karakter anak yang  harus  dikembangkan  melalui  keteladanan,  pembiasaan, pemahaman   dan  penanaman   nilai  yang  luhur  kepada  anak  buku tersebut   tidak   menjelaskan   tentang   strategi   serta   prinsip-prinsip pelaksaan  pendidikan  karakter.  Oleh karena  itu dalam penelitian  ini penulis  akan  menjelaskan  hal-hal  yang  tidak  dijelaskan  dalam buku tersebut  yang  memiliki  hubungan  dengan  pelaksanaan  pendidikan karakter.[7]
Abdullah  Munir  mengungkapkan  bahwa  karakter  berarti ukiran, sifat utama dari ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang di ukir artinya bahwa karakter adalah sesuatu yang melekat pada diri individu yang bisa dirubah dan tidak bisa dibuang, untuk membangun pribadi yang berkarakter kuat, intisari dari buku tersebut menjelaskan bahwa  karakter  adalah  merupakan  sesuatu  yang  bisa  dirubah,  dan sekolah dipandang sebagai tempat yang paling tepat untuk membangun karakter anak sehingga sangat diperlukan  pendidikan karakter. untuk membangun  pribadi yang berkarakter kuat, yang tidak hanya unggul dalam pengetahuan tetapi juga memiliki kekuatan untuk menjalankan sesuatu  yang  dipandangnya  benar  dan  mampu  membuat  orang  lain memberikan   dukungan   terhadap   apa   yang   dijalankannya.[8]

  1. Analisis
Adapun proses pelaksanaan pendidikan karakter di MI Nurul Huda Rangimulya.  Sebagaimana   yang  dikatakan   oleh  Saiful  Azhar,  kepala sekolah   MI Nurul Huda Rangimulya,   mengatakan    bahwa   sebenarnya pendidikan karakter sudah dimulai dalam lingkungan keluarga. Karena lingkungan itulah anak pertamakali mendapatkan pendidikan. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di MI Nurul Huda Rangimulya pada dasarnya telah dimuali ketika anak sudah terdaftar sebagai siswa.[9]
Pelaksanaan  pendidikan  karakter di MI Nurul Huda Rangimulya pada dasarnya telah dimulai semenjak adanya kegiatan proses belajar mengajar akan tetapi baru diformalisasikan  menjadi pendidikan karakter pad tahun 2013. Proses pelaksanaan pendidikan karakter di MI Nurul Huda Rangimulya secara garis besar dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1)      Melalui Mata Pelajaran
Pendidikan  karakter dapat diintegrasikan  dalam  pembelajaran pada  setiap mata pelajaran. Materi  pembelajaran yang  berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
2)      Kegiatan Ekstrakurikuler
Pelaksanaan pendidikan karakter di MI Nurul Huda Rangimulya. Di samping  melalui  mata  pelajaran  yang,  juga  dilaksanakan   melalui kegiatan   ekstrakurikuler   dan   pengembangan   diri.   Seperti   belajar menjadi pengusaha (wirausaha). Untuk itu sekolah mengadakan kegiatan, kegiatan tersebut layaknya seperti pasar sekolah, akan tetapi dalam acara tersebut tidak semua siswa yang diperbolehkan  menjadi penjual, dalam kegiatan itu, sekolah telah menentukan kelas yang akan menjadi penjual.
Dalam kegiatan itu, semua siswa dari kelas yang telah ditunjuk mempersiapkan   barang   yang   dijual   disekolah,   mereka   membawa barang dagangan dari rumah masing-masing, dalam kegiatan itu anak tampak senang.[10]
Kegiatan   tersebut,   sebagaimana   yang   disamapaikan   oleh Shalehuddin, bahwa kegiatan tersebut memiliki beberapa tujuan sepeti melatih mental anak, kesabaranya, kejujurannya, dan sikapnya dalam memperlakukan orang lain.[11]

A.    Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Membentuk dan merubah karakter seseorang tidaklah mudah sebagaiman   yang   diperkirakan.   Oleh   karena   itu,   dalam   membentuk karakter   dibutuh   sebuah   proses   yang   lama,   pelaksanaan   pendidikan karakter dalam proses di MI Nurul Huda Rangimulya dilakukan dengan berbagai macam pendekatan, cara ataupun metode sebagai berikut:
1)      Keteladanan
Keteladanan  adalah  merupakan  sifat  dan  sikap  mulia  yang dimiliki oleh individu yang layak dicontoh dijadikan figur, keteladanan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam mendidik karakter siswa. Keteladanan guru dalam berbagai aktivitasnya akan menjadi cermin siswanya. Oleh karena itu, sosok guru yang suka dan terbiasa membaca, disiplin,   ramah   akan   menjadi   teladan   yang   baik   bagi   siswanya,
demikian juga sebaliknya.[12] Faktor  keteladanan  ini  pula  yang  menjadi  pendukung keberhasilan guru dalam mengajar. Yaitu guru bukan hanya menguasai dengan  baik  berbagai  macam  materi  pengajaran  dan  cara penyampaiannya,  tetapi juga dibarengi dengan budi pekerti mulia dan
keteladanan yang tinggi.[13]
Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa keteladan lebih mengedepankan aspek perilaku dalam bentuk tindakan yang nyata dari pada sekedar berbicara tanpa aksi. Apalagi didukung oleh suasana yang memungkinkan anak melakukan kearah hal itu. Pada suatu hari ketika peneliti melakukan observasi, tatkala tiba waktu shalat, seluruh kegiatan dihentikan  oleh guru, dan semua guru bergegas berangkat  menuju mesjid, tak satu gurupun yang santai dan tidak menghiraukan seruan untuk sholat. Dan pada saat yang bersamaan siswapun bergegas menuju masjid untuk menunaikan shalat berjamaah tanpa harus diperintah.[14] Inilah salah satu keteladan guru-guru MI Nurul Huda Rangimulya, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi  perkembangan karakter siswa.
2)      Pembiasaan
Ada sebuah ungkapan “Orang biasa karena biasa” atau dalam ungkapan lain: Pertama-tama kita membentuk kebiasaan, kemudian kebiasaan itu akan membentuk kita. Terbentuknya karakter siswa memerlukan proses yang lama dan perlu dilakukan secara  kontinu   (terus-menerus). Oleh karena itu, seorang guru harus   memiliki   komotmen    dan kesabaran untuk menerapkan pembiasaan itu. Pelaksanaan  pendidikan  karakter  tidak cukup dengan hanya diajarkan  melalui  mata pelajaran  di kelas tetapi sekolah juga harus melalui pembiasaan.[15]
Strategi ini pula yang telah dijalan di MI Nurul Huda Rangimulya. Dengan  demikian,  peserta  didik mendapat  pendidikan  karakter,  sejak anak sudah terdaftar sebagai siswa MI Nurul Huda Rangimulya. Kegiatan pembiasaan yang  diberlakukan  guru  terhadap  siswa  MI Nurul Huda Rangimulya misalnya, ketika mereka datang kesekolah, mereka dibiasakan salam dan senyum pada teman sebaya.[16] Di sisi lain terdapat  pula kegiatan  yang  dilakukan  oleh  guru. Yaitu penyambutan  terhadap  kedatangan  siswa ketika tiba disekolah, peserta  didik  dibiasan  dengan  salam  dan  salaman  kepada  guru  yang telah dijadwalkan untuk menyambut kedatangan murid.
3)      Pendekatan kedisiplinan
Kedisiplinan  adalah suatu kondisi yang tercipta  dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kestiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk membentuk karakter bagi setiap siswa.[17]
Selain itu, banyak strategi lain yang dugunakan oleh guru untuk membentuk  karakter  peserta  didik.  Upaya  untuk  membentuk  pribadi
yang  utuh harus  mencakup  aspek  kognitif,  afektif,  dan psikomotorik secara terintegratif,  hal ini merupakan  tanggung  jawb bersama antara pihak sekolah dan keluarga. Program-program  pendidikan,  utamanya  menyangkut penanaman  sikap dan perilaku yang baik dan islami pada anak didik perlu  dipantau  secara  terpadu  oleh  pihak  sekolah  dan  orang  tua, sehingga  kesinambungan  control terhadap  anak akan dapat dilakukan secara optimal.[18]
Oleh karena itu, melakukan kerja sama dengan orang tua merupakan faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter. Lilik Puspasari mengatakan hubungan antara sekolah, siswa, dan keluarga dengan istilah pendekatan “Segi Tiga Bermuda”. Yaitu strategi yang menghubungkan anatara sekolah, siswa, dan keluarga, strategi  ini  telah  diformalkan dalam proses pembentukan karakter siswa.[19]
Membangun kerjasama dengan orang tua. Pendidikan  karakter tidak  juga  hanya  terbatas  di sekolah  namun  yang  terpenting  juga  di dalam sebuah keluarga. Pihak sekolah dapat membantu  mengarahkan pendidikan karakter pada anak melalui orang tua seperti memberikan pekerjaan rumah yang dapat dikerjakan bersama orang tua dan mengikutsertakan orang tua dalam menilai perkembangan  moral anaknya.
Agar kerjasama sekolah dengan orang tua berjalan efektif, maka dibutuhkan sarana sebagai salah satu perangkat pendidikan karakter. Perangkat tersebut berupa buku penghubung dengan tujuan:
a)      Memberikan informasi timbal balik antara pihak orang tua dengan sekolah/guru  mengenai  sikap dan perilaku yang perlu ditanamkan pada anak.
b)      Terjalinnya  kerjasama efektif antara orang tua dan sekolah dalam membentuk sikap dan perilaku yang baik dan islami pada anak.
Buku penghubung tersebut dimaksudkan untuk memudahkan kotrol dan komunikasi antara guru dan orang tua sama-sama aktif berhubungan melalui buku penghubung, dengan cara:
a)      Setiap menjelang pulang dari sekolah, guru memberikan  informasi kepada orang tua tentang kegiatan siswa selama di sekolah dan tuga yang harus dikerjakan siswa di rumah melalui buku penghubung
b)      Untuk   mengetahui   kegiatan   siswa   selama   di   sekolah   dengan memeriksa buku penghubung. Tanda tangan orang sebagai petunjuk bahwa orang tua telah memeriksa buku penghubung tersebut
c)      Setiap   pagi   ketika   masuk   kelas,   semua   siswa   langsung mengumpulkan buku penghubungnya diatas meja guru. Dan guru dap[at memeriksa kembali tanggapan atau informasi dari orang tua
d)     Setiap hari orang tua mengimformasikan ke sekolah tentang aktifitas anak selama dirumah dengan mengisi table aktifitas dirumah, yaitu ya atau tidak.
Di samping  itu, pelaksanaan  pendidikan  karakter  di MI Nurul Huda Rangimulya juga diterapkan melalui Biliving pagi yaitu sebuah pemantauan terhadap kegiatan siswa selama 24 jam.  Baik  ketika  disekolah maupun ketika anak bersama orang tua, kegiatan tersebut dilaksanakan selama 10 menit setiap hari menjelang masuk kelas. Adapun pemantauan tersebut dilakukan untuk mengetahui akhlak dan ibadah siswa.
4)      Pembinaan Siswa
Pembinaan  kepribadian  siswa  dilakukan  dengan  kegiatan  harian yang dilaksanakan  setiap hari menjelang  masuk kelas, kegiatan  tersebut dikenal dengan istilah “Budaya Seolah”.[20] Budaya sekolah tersebut antara lain:
a)      Penyambutan pagi
Penyambutan pagi ini adalah merupakan bentuk kegiatan yang dilaksanakan   setiap   hari,   dalam   kegiatan   itu   kedantangan   anak kesekolah disambut atau diterima dengan penuh kehangatan oleh oleh beberapa  guru  yang  sudah  dijadwalkan  sekolah  secara  bergantian untuk menyambut kedangan anak disekolah sedangkan guru yang lain melakukan  kegiatan  yang disebut  dengan  halaqoh,  dengan  demikian anak akan merasa  dihargai  dan disayangi,  anak akan merasa  bahwa kedangannya disekolah sudah ditunggu sehingga anak merasa senang diperlakukan bagai tamu kehormatan
b)      Berbakti kepada orang tua
Anjuran  untuk berbakti  kepada orang tua selalu disampaikan didalam  kelas,  di  samping  itu,  dalam  bentuk  tindakan  yang  nyata, ketika anak datang disekolah sebelum masuk kelas anak dibiasakan dengan bersalaman dengan orang tua
c)      Membangun kesadaran sholat
Sholat adalah merupakan rukun islam kedua yang wajib bagi seorang muslim  untuk  melaksanakannya,  kemudian  pengaruh  sholat didalam kehidupan  seorang  muslim.  Oleh  karena  itu,  MI Nurul Huda Rangimulya berupaya untuk membangun kesadaran sholat terdap siswa-siswinya.[21] Untuk itu, ketika waktu sholat tiba, maka seluruh aktivitas sekolah dihentikan dan  kemudian  dilanjudkan  setelah  melaksanakan  sholat secara berjamaah.[22]
d)     Santun kepada sesama
Santun kepada sesama adalah sikap yang lemah lembut penuh kasih kepada orang lain. Agar siswa memiliki sikap yang santun, maka siswa dibiasakan dengan budaya salam, senyum, dan sapa baik pada sesama teman, guru dan orang tua.[23]
e)      Jum’at bersih
Jum’at bersih ini dilakukan satu minggu sekali, hal itu dilakukan untuk membangun jiwa kepekaan jiwa siswa terhadap kebersihan lingkungan dan kekompakan siswa dalam bekerja.

B.     Analasis Data
Pelaksanaan pendidikan karakter pada anak usia dini (jenjang Sekolah Dasar), merupakan sebuah upaya untuk menumbuh  kembangkan  sisi positif karakter/watak yang ada dalam diri masing-masing anak, serta untuk membentengi  anak dari pengaruh lingkungan yang akan menyebabkan  anak memiliki karakter negatif (akhlak tercela).
Adapun   faktor   yang   melatar   belakangi   pelaksanaan   pendidikan karakter di MI Nurul Huda Rangimulya, secara garis besar pelaksanaannya dilatar belakangi oleh multikrisis yang menimpa bangsa Indonesia yang menyebabkan penderitaan yang tak kunjung sirna. Multikrisis yang peneliti  maksudkan   disini  adalah krisis moral, pertama. Moral para pemimpin bangsa, hal itu ditandai dengan maraknya korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan demi kekayaan.   Kedua.  Moral generasi muda, dekadensi moral generasi muda ini ditandai dengan maraknya pergaulan bebas, pesta sek dikalangan pemuda, dan tauran antar pemuda. Oleh karena itu, agar bangsa  ini   mampu   keluar   dari   krisis   tersebut, maka pelaksanaan pendidikan karakter pada anak usia dini menjadi sangat urgen.
Adapun proses pelaksanaan pendidikan karakter di MI Nurul Huda Rangimulya di laksanakan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran, pengembangan budaya siswa disekolah, dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan keseharian dirumah dan ditengah-tengah masyarakat, lingkungan dimana anak berintraksi  antar satu sama lain. Adapun penjelasan  masing-masing  ranah tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Kegiatan Pembelajaran
Penerapan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran harus menggunakan  strategi  pembelajaran  yang  tepat.  Strategi  yang  tepat  adalah yang  menggunakan   strategi  pendekatan   konstektual.   Alasan  penggunaan strategi konstektual adalah bahwa strategi tersebut dapat mengajak siswa menghubungkan atau mengaitkan materi  yang dipelajari dengan dunia nyata. Dengan  dapat  menganjak  menghubungkan  materi  yang  dipelajari  dengan dunia   nyata,   berarti   siswa   diharapkan   dapat   mencari   hubungan   antara  pengetahuan   yang   dimilikinya   dengan   penerapan-penerapan   pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan pendekatan itu, siswa lebih memiliki hasil konprehesif  tidak hanya pada tataran kognitif (pola pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, karsa), serta psikomotor (olahraga)
2)      Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat kegiatan Belajar
Pengembangan   budaya   dan   pusat   kegiatan   belajar   dilakukan melalui   kegiatan   pengembangan   diri,   yaitu   kegiatan   rutin,   kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
a)         Kegiatan rutin
Kegiatan  rutin  merupakan  kegiatan  yang  rutin  atau  sering  dilakukan setiap saat. Kegiatan rutin dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan siswa  secara  terus  menerus  dan  konsisten  setiap  saat  dengan  tujuan melatih siswa. Beberapa contoh kegiatan rutin antara lain. Kegiatan upacara hari senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, sholat berjama’ah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa’a sebelum pembelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, dan teman-teman.
b)      Kegiatan spontan
Kegiatan spontan dapat juga disebut kegiatan insidental.  Kegiatan ini dilakukan  secara spontan  tanpa perencanaan  terlebih  dahulu. Contoh: kegiatan ini adalah mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang tertimpa musibah atau sumbangan untuk mayarakat ketika terjadi bencana.
c)      Keteladanan
Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi contoh merupakan perilaku sikap guru dan tenaga pendidik dan siswa dalam memberikan contoh  yang  baik sehingga  diharapkan  menjadi  panutan bagi siswa yang  lain. Contoh kegiatan ini, misalnya. Guru  menjadi contoh pribadi-pribadi yang bersih, rapi, ramah, dan supel.
d)     Pengkondisian
Pengkondisian  berkaitan  dengan  upaya  sekolah  untuk  menata lingkungan fisik maupun non fisik demi terciptanya suasana pendukung terlaksanannya pendidikan karakter. Kegiatan menata lingkungan fisik misalnya adalah:  mengkondisikan  toilet  yang bersih,  tempat  sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, dan poster kata-kata bijak yang dipajang dilorong sekolah dan didalam kelas. Sedangkan pengkondisian lingkungan nonfisik  misalnya:  mengelola  konflik  antar  guru  supaya tidak menjurus pada perpecahan, atau bahkan menghilangkan konfliok tersebut.
e)      Kegiatan ko kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ko dan ekstra kurikuler merupakan kegiatan-kegiatan diluar jam pelajaran. Meskipun diluar kegiatan pembelajaran, guru juga dapat mengintegrasikannya dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Namun demikian, tetap diperlukan perencanaan dan evaluasi yang baik atau merefitalisasi kegiatan-kegiatan ko dan ekstra kurikuler tersebut agar dapat melaksanakan pendidikan karakter pada siswa.
f)       Kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat
Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang pendidikan karakter yang ada disekolah, rumah, dan masyarakat, merupakan partner penting suksesnya pelaksanaan   pendidikan   karakter  di  sekolah.   Pelaksanaan   pendidikan karakter sebaik apapun,  kalau tidak didukung  oleh lingkungan  keluarga dan masyarakat akan sia-sia. Dalam kegiatan ini, sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.

4.      Penutup
Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan  diatas, terkait dengan hakekat pelaksanaan pendidikan karakter  di MI Nurul Huda Rangimulya, dapat disimpulkan bahwa:
Pada hakekatnya pendidikan karakter di MI Nurul Huda Rangimulya,   adalah merupakan sebuah upaya untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan (habituation) tentang mana hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham  (kognitif),  mampu  merasakan  (afektif)  nilai-nilai  yang  baik  dan bisa melakukannya (psikomotor).
Implememtasi  pendidikan    karakter   MI Nurul Huda Rangimulya, dilaksasanakan dengan cara: (a). menanamkan nilai-nilai moral   dapat diintegrasikan kedalam proses pembelajaran, (b). Pendekatan pembelajaran.  seperti  keteladanan,  kedisiplinan,  dan pembiasaan  (c). Di samping itu, pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk mulai dari kanak-kanak. Usia ini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Oleh karena itu  pembentukan  karakter  terbaik  pada  anak  menjadi  hal  yang  sangat penting karena anak merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan eksistensi  bangsa.  Di  samping  itu,  krisis  moral  yang  menimpa bangsa Indonesia juga menjadi dasar pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter.

5.      Daftar Pustaka
al-Maraghiy, Mushtafa.tanpa tahun. Tafsir al-Maraghiy. Bairut: Dar al-Fikr
Eko Susanto. Disiplin Penting dalam Proses Pendidikan, dalam http://www, k2eko2009.co.id
Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka
Marimba, Ahmad. 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: al-Ma’arif
Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Triganda Karya
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pedagogia
Nata, Abuddin. 2000. Pemikiran Para Tokoh Pendidiakan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tilaar, H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Renika Cipta



[1] Mushtafa al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghiy (Bairut: Dar al-Fikr, tt), juz I, 30.
[2] Muhaimin dan Mujib Abdul, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Triganda Karya 1993), h.62
[3] Ibid
[4] Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidiakan Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h.67
[5] Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1962), h.45
[6] H.A.R Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta: Renika Cipta, 2006), h. 131
[7] Furqon HIdayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 20
[8] Abdullah Munir, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), h. 56
[9] Syaiful Azhar, Wawancara Pribadi, tanggal 14 Desember 2016
[10] Inventaris Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
[11] Shalehuddin, Wawancara Pribadi, tanggal 14 Desember 2016
[12] A Moh Nur Yahya, Wawancara Pribadi, tanggal 14 Desember 2016
[13] Syaiful Azhar, Wawancara Pribadi, tanggal 14 Desember 2016
[14] Observasi, Sabtu 12, Juni 2011.
[15] Lilik Puspasari, Wawancara Pribadi, tanggal 14 Desember 2016
[16] Observasi awal
[17] Eko Susanto, Disiplin Penting dalam Proses Pendidikan, dalam http://www, k2eko. Co,cc.2009
[18] Iventaris Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
[19] Lilik Puspasari, Wawancara Pribadi, tanggal 14 Desember 2016
[20] Observasi
[21] Observasi
[22] Observasi
[23] Syaiful Azhar, Wawancara Pribadi, tanggal 14 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar