Sabtu, 29 September 2018

PENGARUH PENGASUHAN ORANG TUA DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP KARAKTER PESERTA DIDIK MADRASAH IBTIDAIYAH RANGIMULYA KABUPATEN TEGAL



PENGARUH PENGASUHAN ORANG TUA DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP KARAKTER PESERTA DIDIK MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL HUDA RANGIMULYA KABUPATEN TEGAL


Tesis Magister Pendidikan Agama Islam 
Pascasarjana IAIN Pekalongan 
Tahun 2018



A.    Latar Belakang Masalah
Orang tua merupakan orang utama yang mampu, serta berhak menolong keturunannya dan mendidik anaknya. Peranan orang tua dalam keluarga sangat penting karena dapat menciptakan ikatan emosional dengan anak, menciptakan suasana aman di rumah sehingga orang tua dan rumah merupakan tempat anak untuk kembali, menjadi model untuk anaknya, memberikan disiplin, memperbaiki tingkah laku anak dan menciptakan jaringan komunikasi diantara anggota keluarga.[1]
Pengawasan dan bimbingan orang tua di rumah mutlak diperlukan, karena adanya bimbingan orang tua dapat mengawasi dan mengetahui kekurangan dan kesulitan. Sebagaimana Abdullah Nasih Ulwan mengatakan bahwa anak itu merupakan amanat bagi kedua orang tuanya, hatinya akan suci dan bersih jika terus menerus diajarkan kebaikan dan anak akan tumbuh dengan kebiasaan yang baik.[2] Orang tua diharapkan mengasuh anak dengan tepat dan ideal bagi anak yang bertujuan mengoptimalkan perkembangan anak. Betapa besarnya tanggungjawab orang tua dihadapan Allah SWT terhadap pengasuhan anak. Allah berfirman: 

Artinya: dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S. Al Luqman ayat 13)

Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai tanggungjawab sangat besar dalam membimbing anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar agama serta moral.
Namun yang terjadi di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya ada orang tua beranggapan bahwa merasa khawatir jikalau anak mereka terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya, sehingga mereka menahan anak-anak sepulang sekolah di rumah saja, tidak boleh bermain dengan anak-anak yang lain.[3] Sehingga anak kurang mempunyai rasa percaya diri dan tidak ada inisiatif sendiri selalu meminta pertolongan pada orang tuanya dan sukar bergaul dengan teman-temannya. Selain itu juga ada orang tua yang acuh terhadap segala yang dilakukan anak karena dengan alasan mereka bekerja sepanjang hari dan anak mereka sudah di sekolahkan di Madrasah Ibtidaiyah yang notabene pendidikan agamanya sudah bagus.[4]
Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter. Jadi karakter melekat dengan nilai dari perilaku amat sulit dipahami oleh orang lain dari pada dirinya sendiri. Untuk mencapai semua ini orang tua berperan sentral dalam keluarga dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendidik seorang anak. Pengasuhan berperan penting dalam karakter anak.[5]
Beberapa orang tua peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda beranggapan bahwa karakter anak diasah dalam pendidikan formal, sehingga menimbulkan pemikiran bahwa karakter anak akan ditentukan oleh kualitas pendidikan yang sedang ditempuhnya.[6] Namun pada dasarnya karakter anak dapat diterapkan dan diwujudkan sejak dini dalam lingkungan keluarga tanpa harus mengandalkan pendidikan formal.
Selain itu karakter anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dimana anak juga mendapatkan pendidikan karakter. Pencapaian tujuan pendidikan tidak cukup hanya dengan penguasaan materi saja, baik melalui teori dan praktiknya, tetapi juga melalui pembinaan karakter peserta didik. Fungsi pendidikan tidak hanya membutuhkan kompetensi guru dalam penguasaan materi dan metode mengajar yang tepat, tetapi juga guru mampu memberikan keteladanan dalam ucapan, sikap, dan perilaku sehari-hari. Utamanya ketika dalam proses belajar mengajar di sekolah. Guru adalah sosok yang mampu membimbing, mengarahkan, mengayomi dan sekaligus mengasuh murid dengan baik. Kemampuan seperti inilah yang akan membawa seorang guru dipandang sebagai figur yang benar-benar dapat digugu dan ditiru oleh murid-muridnya.[7]
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang guru dan dosen serta PP No. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 3, guru wajib memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi pedagodik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Salah satu kompetensi yang berpengaruh besar terhadap perkembangan peserta didik adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, berwibawa yang menjadi teladan bagi peserta didik.[8]
Tugas guru selain mengajarkan pelajaran juga berperan penting dalam karakter peserta didik karena pribadi guru akan menjadi teladan. Ini dapat dimakluni karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya.[9] Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai kepribadian baik yang mampu menjadi teladan bagi peserta didik.
Keberhasilan peserta didik berawal dari kepribadian yang luhur dari guru. Peserta didik yang mengagumi gurunya, mengingat kata-kata bijaknya sehingga menjadi inspirasi dan motivasi bagi keberhasilan peserta didiknya ketika terjun di masyarakat. Namun tidak sedikit peserta didik yang justru membenci karena perilaku gurunya. Telah banyak diungkap oleh media massa tentang guru yang kurang disiplin, yang merusak citra guru sebagai tugas yang sangat mulia.[10]
Sesuai dengan misi MI Nurul Huda Rangimulya poin pertama: membentuk manusia yang beriman, bertaqwa dan berkarakter. Namun yang terjadi Guru MI Nurul Huda Rangimulya banyak yang tidak disiplin, jarang mengikuti upacara bendera tiap hari senin, lebih banyak mencatat materi dari buku daripada menerangkan, terlambat masuk sekolah dan pulang sekolah lebih awal.[11]
Berangkat dari hal-hal diatas peneliti terdorong untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya Kabupaten Tegal.

B.     Rumusan Masalah
1.   Bagaimana pengasuhan orang tua peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya?
2.      Bagaimana kompetensi kepribadian guru Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya?
3.      Bagaimana karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya?
4.   Bagaimana pengaruh pengasuhan orang tua terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya?
5.      Bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya?
6.    Bagaimana pengaruh pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya?

C.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.         Tujuan penelitian
a)      Untuk mendeskripsikan pengasuhan orang tua peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
b)      Untuk mendeskripsikan kompetensi kepribadian guru Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
c)      Untuk mendeskripsikan karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
d)     Untuk menganalisis pengaruh pengasuhan orang tua terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
e)      Untuk menganalisis pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
f)       Untuk menganalisis pengaruh pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya


2.      Kegunaan penelitian
a)      Kegunaan  teoritis
1)      Memberi masukan pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan pengaruh pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik.
2)      Digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sebagai perbandingan bagi para pembaca yang akan melakukan penelitian di lembaga pendidikan.
b)      Kegunaan praktis
1)      Bagi peneliti, memperdalam wawasan tentang pengasuhan orang tua dan kompetensi guru sebagai dasar karakter anak.
2)      Bagi sekolah, dijadikan sumber informasi.
3)      Bagi masyarakat, sebagai masukan agar orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan anaknya, terutama sisi karakter anak.

D.    Kajian Pustaka
1.         Analisis teoritis tentang pengasuhan orang tua
Dalam lingkungan keluarga dianggap berpengaruh dalam pendidikan karakter anak, Sebagaimana yang dikemukakan oleh Anas Salahudin sebagai berikut:
“Lingkungan keluarga dianggap berpengaruh dalam pendidikan karena dilacak lebih jauh, krisis dalam watak dan karakter bangsa saat ini terkait dengan semakin memudarnya keharmonisan dalam keluarga. Banyak keluarga yang mengalami disorientasi bukan hanya karena menghadapi limpahan materi atau kesulitan ekonomi, melainkan juga karena serbuan globalisasi dan gaya hidup yang tidak selalu kompatibel dengan nilai dan norma agama, sosial-budaya dan lokal indonesia”. [12]

Dari penjelasan diatas masalah yang terjadi adalah orang tua yang tidak sadar dengan tanggungjawab amanah yang diberikan Allah SWT untuk mendidik anak sebaik-baiknya untuk menjadi anak yang saleh. Keluarga yang seharusnya menjadi pilar justru menjadi pilar yang lemah. Salah satu diantara sebabnya adalah pudarnya keharmonisan antar anggota keluarga sangat mempengaruhi karakter anak. Peran kedua orang tua sebagi contoh teladan bagi anak-anaknya.
Pengasuhan yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif dan positif. Sebagaimana pernyataan Syaiful Bahri Djamarah:
“Pengasuhan diartikan sebagai bentuk interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan, yang berarti orang tua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat”.[13]

Dari pengertian diatas orang tua dapat dapat memberikan pengasuhan yang tepat dan ideal bagi anaknya, yang berperan penting menjadikan karakter yang baik pada diri anak. Sebaliknya apabila orang tua salah menerapkan pengasuhan akan membawa akibat buruk bagi perkembangan jiwa anak.
Menurut Seto Mulyadi yang dikutip Anas Salahudin menyatakan bahwa:
 “Pengasuhan yang sejati itu ada dalam keluarga karena pengasuhan anak pada dasarnya mengarah pada aspek individual. Artinya setiap anak akan dihargai secara khusus dan unik serta tidak dalam bentuk massal. Pengasuhan harus dari hati yang jernih sama halnya mengajarkan bahasa ibunya, mengajari anak sopan santun, mengajarkan hormat kepada orang tua, mengajarkan doa-doa dan mengajarkan sholat pada waktunya”.[14]

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan keluarga terutama orang tua memiliki peran penting dalam pengasuhan dalam proses internalisasi nilai-nilai agama dan karakter manusia khususnya pada anak usia awal. Namun pengasuhan seperti itu tidak boleh sesaat tetapi dilakukan secara terus-menerus hingga anak besar. Karena jika hanya mengandalkan sekolah tidak mungkin. Sebab sekolah hanya sebuah institusi yang bergerak pada proses pengajaran dalam aspek iptek.
Menurut Ahmad Tafsir yang dikutip Amirulloh Syarbini bahwa:
“Dalam keluarga orang yang paling bertanggungjawab terhadap pendidikan anak adalah orang tua. Tanggungjawab itu disebabkan sekurang-kurangnya karena dua alasan. Pertama, karena secara kodrati orang tua ditakdirkan bertanggungjawab mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan orang tua yaitu: orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga”.[15]

Setiap pengalaman yang dilalui anak dalam hidupnya, melalui pengelihatan, perilaku yang diterima ikut menjadi bagian yang membentuk karakter. Anak-anak sering mendengar orang tuanya mengucapkan nama Allah niscaya akan mulai mengenalkan Allah, kemudian dapat mendorong pertumbuhan jiwanya pada agama. Orang tua harus memberikan contoh dalam hidupnya misalnya kebiasaan mengerjakan sholat, berdoa, membaca Alquran disamping mengajaknya untuk meneladani sikap tersebut. Demikian pula penanaman sifat amanah, tanggungjawab, rasa hormat, keadilan, peduli, dan rasa kebangsaan. Selain itu pengasuhan orang tua dalam pendidikan Islam dapat berupa pembiasaan, bercerita, nasihat, penghargaan dan hukuman.[16]

2.      Analisis teoritis tentang kompetensi kepribadian guru
Karakter peserta didik juga dipengaruhi oleh kepribadian guru di sekolah, sebagaimana E. Mulyasa menjelaskan:
“Salah satu kompetensi yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan karakter peserta didik adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk karakter anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia serta mensejahterahkan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa pada umumnya”.[17]

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif berwibawa dan dapat menjadi teladan bagi peserta didik.
Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa guru bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru dan teladani. Hal inilah yang berat karena guru adalah sosok teladan bagi siswa dan juga masyarakat. Oleh karena itu segala hal yang keluar dari seorang guru dalam berbagai bentuk perilaku keseharian seharusnya mencerminkan aspek keteladanan.[18]
Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karena guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang posistif agar dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya terutama di depan murid-muridnya. Kepribadian yang tulus merupakan syarat utama bagi seorang pendidik dalam membimbing anak didik menuju cita-citanya. Mengingat peranan sebuah kepribadian sangat mempengaruhi perkembangan karakter peserta didik. Perlu kita ketahui bahwa pendidik bekerja melalui pribadinya, dalam pribadi yang santun akan melahirkan anak didik yang santun. Begitu pula sebaliknya. Semua perilaku pendidik menjadi tiruan anak didik baik perilaku yang benar maupun perilaku yang salah.[19]
Kepribadian seorang guru merupakan modal dasar bagi guru dalam menjalankan tugasnya secara profesional sebab kegiatan pendidikan pada dasarnya merupakan komunikasi personal antara guru dan peserta didik. Esesnsi kepribadian guru bermuara ke dalam intern pribadi guru. Beberapa kompetensi lainnya yakni kompetensi paedagogik, sosial dan professional pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh kepribadian yang dimilikinya.[20] Kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga mempunyai pengaruh terhadap karakter anak.
Menurut Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2007, kemampuan dalam standar kompetensi kepribadian ini mencangkup lima kompetensi utama yakni 1) bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan masyarakat, 2) menampilkan diri menjadi pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta dan masyarakat, 3) menampilkan diri menjadi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, 4) menunjukan etos kerja, tanggungjawab, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri, 5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.[21]

3.      Analisis teoritis tentang karakter
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.[22] Bila mengacu pada pengertian ini karakter erat kaitannya dengan segala bentuk tingkah laku seseorang dalam kehidupan kesehariannya. Sementara dalam kamus sosiologi, karakter diartikan sebagai ciri khusus dari struktur dasar kepribadian seseorang.[23]
Zubaedi mengemukakan bahwa karakter dapat didefinisikan sebagai panduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.[24] Sedangkan dalam Islam mengenai pembentukan karakter harus dimulai dari masa balita bahkan sejak masih kandungan sehingga akan melekat apa yang diajarkan dan ketika dewasa menjadi sikap apa yang diharapkan.[25]
Berdasarkan pengertian diatas dapat dimaknai bahwa karakter nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik dan berdampak baik terhadap lingkungan) terpatri dalam diri seseorang dan terejawantahkan dalam perilaku. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Dalam konteks ini karakter erat kaitannya dengan personality atau kepribadian seseorang.
Menurut Abuddin Nata bahwa Seseorang dianggap memiliki karakter mulia apabila ia memiliki ilmu pengetahuan mendalam tentang potensi dirinya serta mampu mewujudkan potensi itu serta mengamalkannya dalam sikap dan tingkah laku hidup sehari-hari.[26] Peserta didik yang mulia dan unggul adalah mereka yang selalu berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan negara dengan mengoptimalkan segenap potensi dan pengetahuan yang dimilikinya disertai kesadaran dan motivasi dari dalam maupun dari luar dirinya.
Karakter tidak dapat dikembangkan secara cepat dan instan tetatpi harus melewati suatu proses yang panjang, cermat dan sistematis. Berdasarkan pemikiran Kohlberg yang dikutip oleh Abdul Majid bahwa:
”Terdapat empat tahap pendidikan karakter yang harus diperhatikan berdasarkan tahap perkembangan anak sejak usia dini hingga dewasa yaitu: a) tahap pembiasaan sebagai awal perkembangan karakter anak, b) tahap pemahaman dan penalaran terhadap nilai, sikap, perilaku dan karakter peserta didik, c) tahap penerapan berbagai perilaku dalam berbagai kehidupan sehari-hari, d) tahap pemaknaan yaitu suatu tahap refleksi dari para peserta didik melalui penilaian terhadap seluruh sikap dan perilaku yang telah mereka pahami dan lakukan serta dampaknya dalam kehidupan baik bagi dirinya maupun orang lain”.[27]

Jika seluruh tahap diatas telah dilalui maka pengaruh karakter peserta didik akan berdampak secara berkelanjutan baik melalui pendidikan karakter dari orang tua maupun guru.

4.             Penelitian terdahulu yang relevan
Lebih lanjut guna memperjelas posisi peneliti, berikut ini disampaikan beberapa penelitian yang telah dilakukan peneliti lain terkait dengan judul penelitian ini diantaranya:
a.    Fathul Inayah, Tesis Implementasi pendidikan karakter dalam keluarga (studi kasus di asrama brimob Pekalongan) yang kesimpulannya pelaksanaan pendidikan karakter di keluarga Brimob Pekalongan melalui proses pembiasaan setiap hari yang menjadi bagian pola kehidupan keluarga. Di keluarga tersebut dengan materi pendidikan karakter yang ada di asrama Brimob Pekalongan meliputi aspek keagamaan, akhlak dan perilaku sosial. Metode yang digunakan di asrama Brimob Pekalongan untuk pembentukan karakter adalah metode cerita, metode pembiasaan dan metode keteladanan. Kendala implementasi pendidikan karakter di asrama brimob Pekalongan adalah adanya berbagai macam latar belakang, orang tua mendapatkan tugas di luar kota yang menyebabkan perhatian pada anak kurang maksimal sehingga faktor lingkungan yang sempit artinya hanya sekitar lingkungan asrama saja anak-anak bersosialnya terbatas.[28]
b.    Maulana Ibrohim, Tesis pembentukan karakter peserta didik melalui pendidikan pencak silat di SMK NU Kesesi kabupaten Pekalongan yang kesimpulannya pendidikan pencak silat merupakan sebuah sistem pendidikan yang didalamnya terdapat proses pembentukan karakter yang telah membentuk peserta didik mencapai karakter yang sesuai dengan falsafah dan ciri khas pendidikan pencak silat. Pembentuknya adalah dengan pembinaan fisik dan prestasi, latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik dan pembinaan kerohanian yang terdapat dalam empat tingkatan yaitu tingkat polos, jambon, hijau dan putih. Adapun karakter yang terbentuk dari masing-masing pembinaan antara lain; pertama, melalui pembinaan fisik dan prestasi dengan menggunakan metode penugasan dan latihan kelompok maka menghasilkan karakter disiplin dan memiliki prestasi yang unggul (tangguh). Kedua, melalui pembinaan latihan fisik, teknik dan taktik dengan menggunkan metode hafalan ternyata menghasilkan karakter aktif (trengginas) dan percaya diri (tanggon). Ketiga, melalui pembinaan kerohanian dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi membuahkan hasil sesuai dengan jenjang tingkatan masing-masing.[29]
c.    Sriyanti, Tesis pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam terhadap akhlak peserta didik SDN Di Kecamatan Paninggaran kabupaten Pekalongan. yang kesimpulannya pembelajaran pendidikan agama Islam SDN di kecamatan Paninggaran sangat baik. Sedangkan akhlak peserta didik SDN di kecamatan Paninggaran juga berada pada kategori sangat baik. Pembelajaran pendidikan agama islam SDN di kecamatan Paninggaran mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dengan akhlak peserta didik. Kemudian hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap akhlak peserta didik SDN di Kecamatan Paninggaran diterima.[30]
d.   Dasory Endah Hyoscymina, Jurnal psikologi UNDIP yang bertema peran keluarga dalam membangun karakter anak, yang kesimpulannya keluarga merupakan faktor yang penting dalam pembentukan kepribadian anak. Komunikasi dua arah yang efektif sangat diperlukan untuk membentuk hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua harus berusaha mendengar dan memahami kemauan anak dan orang tua harus mampu mengarahkan dan membimbing anak karena perilaku anak berawal dari keluarga. Pilihkan sekolah untuk anak disekolah yang dasar agama Islamnya bagus sehingga anak akan terbiasa dengan ibadah dan akhlak mulia.[31]
e.    Irma Khoirsyah Riati, Jurnal Infantia yang bertema pengaruh pola asuh orang tua terhadap karakter anak usia dini, yang kesimpulannya adanya pengaruh pola asuh orang tua terhadap karakter anak kelas B di PAUD Nurul Qurani bandung terlihat dari hasil observasi dan wawancara bagaimana seharusnya pola asuh orang tua agar dapat digunakan pada pembentukan karakter anak.[32]
Berikut adalah ulasan yang disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi persamaan dan perbedaan penelitian-penelitian diatas dengan penelitian peneliti.

Tabel 1
Tabel Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

No
Judul Penelitian
Persamaan
Perbedaan
1
Implementasi pendidikan karakter dalam keluarga (studi kasus di asrama brimob Pekalongan)
Adanya kesamaan membahas pendidikan karakter anak dalam keluarga
Dalam penelitian ini pelaksanaan pendidikan karakter melalui proses pembiasaan, dengan adanya berbagai macam latar belakang dan orang tua tugas di luar kota yang menyebabkan perhatian kepada anak kurang maksimal. Penelitian yang dilakukan tersebut adalah penelitian kualitatif sedangkan penelitian peneliti adalah penelitian kuantitatif.
2
Pembentukan karakter peserta didik melalui pendidikan pencak silat di SMK NU Kesesi kabupaten Pekalongan
Adanya kesamaan membahas pendidikan karakter anak
Dalam penelitian ini hasil karakter yang ditanamkan adalah disiplin, tangguh, karakter aktif dan percaya diri
Penelitian yang dilakukan tersebut adalah penelitian kualitatif sedangkan penelitian peneliti adalah penelitian kuantitatif.
3
Pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap akhlak peserta didik SDN di Kecamatan Paninggaran kabupaten Pekalongan
Adanya kesamaan penelitian yang mencangkup lingkungan sekolah
Penelitian yang akan dilakukan bukan hanya terfokus pada materi pembelajaran akan tetapi pada kompetensi kepribadian guru yang berpengaruh pada pembentukan karakter peserta didik
4
Peran keluarga dalam membangun karakter anak
Adanya kesamaan membahas pendidikan karakter anak dalam keluarga
Dalam penelitian tersebut hanya secara umum yang dijelaskan, sedangkan dalam penelitian ini meliputi pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru.
5.
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap karakter anak usia dini
Adanya kesamaan membahas pengasuhan orang tua terhadap pembentukan karakter anak dalam keluarga
Penelitian yang dilakukan tersebut adalah penelitian kualitatif sedangkan penelitian peneliti adalah penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian tersebut juga hanya secara umum yang dijelaskan, sedangkan dalam penelitian ini meliputi pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru.

        Berdasarkan ulasan di atas letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini fokus pada pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya. Penelitian ini menggambarkan bagaimana pengaruh pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru sebagai pembentuk karakter peserta didik.

5.      Kerangka berpikir
Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukakan diatas maka peneliti merumuskan kerangka berpikir sebagai berikut:
Ada orang tua peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya yang beranggapan bahwa pendidikan karakter itu akan terbentuk hanya di sekolah. Jadi tidaklah perlu orang tua mengarahkan anak-anaknya di rumah. Keluarga merupakan pondasi pertama bagi pembinaan setiap masyarakat, karena keluarga langkah pertama untuk membina anak. Orang tua merupakan pendidik utama, disini digambarkan bahwa peran keluarga terutama orang tua merupakan cermin dari sikap bagi anak-anak mereka. Keteladanan orang tua dalam berperilaku akan menjadi contoh nyata bagi pembelajaran anak. Teladan ini akan melahirkan gejala indikatif bagi perilaku anak. Yakni penyamaan diri dari orang lain yang ditiru, hal ini penting sekali dalam karakter seorang anak.
Karakter peserta didik dapat dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan sekolah. Pembentukan karakter di lingkungan sekolah sangat diperlukan karena sekolah mempunyai peran yang sangat penting untuk karakter peserta didik terutama tingkat sekolah dasar, karena secara psikologis pada masa itulah seseorang masih berusaha untuk menemukan jati dirinya  melalui  teladan orang-orang di sekitarnya..
Fungsi pendidikan tidak hanya membutuhkan kompetensi guru dalam penguasaan materi dan metode mengajar yang tepat, tetapi juga guru mampu memberikan keteladanan dalam ucapan, sikap, dan perilaku sehari-hari. Salah satu kompetensi yang berperan penting terhadap perkembangan peserta didik adalah kompetensi kepribadian. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai kepribadian baik yang mampu menjadi teladan bagi peserta didik.
Dari pemikiran diatas dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:
Tabel 2
Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh Pengasuhan Orang Tua dan Kompetensi Guru Terhadap Karakter Anak
Pengasuhan Orang Tua (X1)
1.      Orang tua sebagai panutan
2.      Orang tua sebagai cermin utama anak
3.      Orang tua sebagai motivator anak
4.      Orang tua sebagai fasilitator anak
Kompetensi Kepribadian Guru (X2)
1.      Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan budaya masyarakat
2.      Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik
3.      Menampilkan diri menjadi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
4.      Menunjukan etos kerja, tanggungjawab, rasa bangga menjadi guru dan percaya diri
5.      Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
Karakter  (Y)
1.      Tanggungjawab
2.      Rasa hormat
3.      Keadilan
4.      Peduli
5.      Amanah
6.      Rasa kebangsaan

E.     Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat penyataan.[33] Dalam penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

  1.   Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pengasuhan orang tua terhadap pembentukan karakter peserta didik.
  2.   Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru terhadap pembentukan karakter peserta didik.
  3. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap pembentukan karakter peserta didik.


F.     Metode Penelitian
1.      Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan ditempat terjadinya gejala-gejala yang diteliti.[34] Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yakni menjelaskan penyebab fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerikal.[35]

2.      Variabel penelitian
a.       Pengasuhan orang tua peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya disebut variabel bebas (independen), sebagai variabel pertama (X1). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Indikator Instrumen Pengasuhan Orang Tua

No
Sub Variabel
Indikator
1
Orang tua sebagai panutan
a)      Memberikan contoh ucapan yang baik
b)      Memberikan contoh tingkah laku yang baik
2
Orang tua sebagai cermin utama anak
a)      Menanamkan kebiasaan yang baik
b)      Kebiasaan yang baik diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari
3

Orang tua sebagai motivator anak
a)      Menceritakan kisah orang-orang sholeh
b)      Mengambil hikmah yang bermanfaat dari cerita tersebut
c)      Memberikan tutur kata yang berisi perilaku yang baik
d)     Memberikan motivasi untuk melakukan perbuatan yang baik
e)      Memberikan pemahaman tentang akibat perbuatan yang kurang baik
4
Orang tua sebagai fasilitator anak
a)      Memberikan apresiasi penghargaan atas perbuatan yang baik
b)      Memberikan hukuman jika terpaksa atas kesalahan anak melakukan perbuatan yang kurang baik

Indikator diatas diambil dari buku yang berjudul Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam karangan Dindin Jamaluddin.[36]
b.      Kompetensi kepribadian guru Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya juga disebut variabel bebas yang kedua (X2). Dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Indikator Instrumen Kompetensi Kepribadian Guru

No
Sub Variabel
Indikator
1
Bertindak sesuai norma hukum, sosial dan kebudayaan masyarakat
a)       Berperilaku sesuai dengan norma agama, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat
2
Menampilkan diri menjadi pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik
a)     Berperilaku jujur, tegas dan manusiawi
b)     Berperilaku mencerminkan akhlak mulia
c)     Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik
3
Menampilkan diri menjadi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
a)      Menampilkan diri sebagai pribadi yang stabil,
b)      Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa dan arif dan berwibawa
c)      Kemampuan melaksanakan bimbingan dan konseling
4
Menunjukan etos kerja, tanggungjawab, rasa bangga menjadi guru dan percaya diri
a)      Menunjukan etos kerja dan tanggungjawab yang tinggi
b)      Mempunyai kebanggaan menjadi guru
c)       Bekerja secara profesional
5
Menjunjung tinggi kode etik guru
a)      Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
b)      Menerapkan perilaku sesuai dengan kode etik profesi guru

Indikator diatas diambil dari PERMENDIKNAS No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.[37]
c.       Karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya sebagai variabel terikat (dependen), variabel terikat (Y) dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Indikator Instrumen Karakter Peserta Didik

No
Sub Variabel
Indikator
1
Tanggungjawab
a)      Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap diri sendiri
b)      Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap masyarakat
c)      Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2
Rasa hormat
a)      Menghormati diri sendiri
b)      Menghormati orang lain
c)      Menghormati lingkungan
3
Keadilan

a)      Bertindak sesuai hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain
4
Peduli
a)      Peduli terhadap diri sendiri
b)      Bertindak memberi bantuan kepada orang lain
c)      Bertindak mencegah kerusakan lingkungan alam disekitarnya
5
Amanah
a)      Bersikap berani kerjakan apa yang benar
b)      Memegang janji, mengikuti apa yang menjadi komitmen
6
Rasa kebangsaan
a)      Penghargaan yang tinggi terhadap budaya
b)      Rasa bangga terhadap bangsa Indonesia

Indikator diatas diambil dari buku yang berjudul Konsep dan Model Pendidikan Karakter karangan Muchlas Samani.[38]

3.      Populasi dan sampel penelitian
a.       Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.[39] Didalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah peserta didik MI Nurul Huda Rangimulya dari kelas 4, 5 dan 6 yang berjumlah 67 orang. Hal ini sebagaimana jumlah peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya tahun pelajaran 2017/2018.[40]
b.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki.[41] Mengenai pengambilan sampel, peneliti lakukan dengan teknik sampling jenuh yakni dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.[42] Menurut Sugiyono teknik sampling jenuh dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil atau penelitian membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.[43] Maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 peserta didik.

4.      Teknik pengumpulan data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a.       Metode angket
Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.[44] Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya. Angket ini diberikan kepada peserta didik yang dijadikan sampel penelitian. Angket ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
Ketiga variabel memiliki 4 alternatif jawaban dengan bobot skor yang berbeda-beda. Adapun alternatif jawaban yang terdapat dalam instrumen angket yakni:
1)      Pilihan jawaban A, dengan bobot skor 4
2)      Pilihan jawaban B, dengan bobot skor 3
3)      Pilihan jawaban C, dengan bobot skor 2
4)      Pilihan jawaban D, dengan bobot skor 1
Berikut kisi-kisi angket pengasuhan orang tua di MI Nurul Huda Rangimulya.
Tabel 6
Tabel Kisi - kisi Angket Pengasuhan Orang Tua di MI Nurul Huda Rangimulya.

No
Sub Variabel
Indikator
Nomor Butir
Jumlah Soal
1
Orang tua sebagai panutan
a)      Memberikan contoh ucapan yang baik
b)      Memberikan contoh tingkah laku yang baik
1,6,

2,3,4,5,7,8

8 soal
2
Orang tua sebagai cermin utama anak
a)      Menanamkan kebiasaan yang baik
b)      Kebiasaan yang baik diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari
9,14,13

10,11,12

6 soal
3

Orang tua sebagai motivator anak
a)      Menceritakan kisah orang-orang sholeh
b)      Mengambil hikmah yang bermanfaat dari cerita tersebut
c)      Memberikan tutur kata yang berisi perilaku yang baik
d)     Memberikan motivasi untuk melakukan perbuatan yang baik
e)      Memberikan pemahaman tentang akibat perbuatan yang kurang baik
15,17

16,18
19,


20,22,24


21,23

10 soal




5
Orang tua sebagai fasilitator anak
a)      Memberikan apresiasi penghargaan atas perbuatan yang baik
b)      Memberikan hukuman jika terpaksa atas kesalahan anak melakukan perbuatan yang kurang baik
25,26,27


28,29,30


6 soal
Jumlah keseluruhan soal
30
Kemudian kisi-kisi angket kompetensi kepribadian guru di MI Nurul Huda Rangimulya sebagai berikut:
Tabel 7
Tabel Kisi - kisi Angket Kompetensi Kepribadian Guru di MI Nurul Huda Rangimulya.


No
Sub Variabel
Indikator
Nomor Butir
Jumlah Soal
1
Bertindak sesuai norma hukum, sosial dan kebudayaan masyarakat
a)      Berperilaku sesuai dengan norma agama, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat
1,2,3,4,5,
6,7
7 soal
2
Menampilkan diri menjadi pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik
a)     Berperilaku jujur, tegas dan manusiawi
b)    Berperilaku mencerminkan akhlak mulia
c)     Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik
10,

9,11


8

4 soal
3
Menampilkan diri menjadi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
a)      Menampilkan diri sebagai pribadi yang stabil,
b)      Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa dan arif dan berwibawa
c)      Kemampuan melaksanakan bimbingan dan konseling
12,


13,16,17,
18,


14,15,
19,20,21
10 soal
4
Menunjukan etos kerja, tanggungjawab, rasa bangga menjadi guru dan percaya diri
a)     Menunjukan etos kerja dan tanggungjawab yang tinggi
b)    Mempunyai kebanggaan menjadi guru
c)     Bekerja secara profesional
24,25,26
27


22


23
6 soal
5
Menjunjung tinggi kode etik guru
a)      Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
b)      Menerapkan perilaku sesuai dengan kode etik profesi guru
30

28,29
3 soal
Jumlah keseluruhan soal
30

Selanjutnya kisi-kisi angket karakter peserta didik di MI Nurul Huda Rangimulya sebagai berikut:
Tabel 8
Tabel kisi – kisi angket karakter peserta didik di MI Nurul Huda Rangimulya.


No
Sub Variabel
Indikator
Nomor Butir
Jumlah Soal
1
Tanggungjawab
a)      Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap diri sendiri
b)      Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap masyarakat
c)      Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa
1,2


3,4


5




5 soal
2
Rasa hormat
a)      Menghormati diri sendiri
b)      Menghormati orang lain
c)      Menghormati lingkungan
6,

7,8,9

10


5 soal
3
Keadilan

a)      Bertindak sesuai hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain
11,12,13,
14

4 soal
4
Peduli
a)      Peduli terhadap diri sendiri
b)      Bertindak memberi bantuan kepada orang lain
c)      Bertindak mencegah kerusakan lingkungan alam disekitarnya
15,

16,17,18
19

20



6 soal
5
Amanah
a)      Bersikap berani kerjakan apa yang benar
b)      Memegang janji, mengikuti apa yang menjadi komitmen
21,22


23,24


4 soal
6
Rasa kebangsaan
a)      Penghargaan yang tinggi terhadap budaya
b)      Rasa bangga terhadap bangsa Indonesia
29,30


25,26,27
28



6 soal

Jumlah keseluruhan soal
30

b.      Metode observasi
Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip Sugiyono bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.[45] Metode ini peneliti gunakan untuk mengamati kondisi fisik seperti sarana dan prasarana pendidikan di MI Nurul Huda Rangimulya.

5.      Uji validitas dan reliabilitas instrumen
a.       Uji validitas
Validitas adalah ketetapan alat ukur terhadap konsep yang diukur dalam suatu penelitian. Menguji validitas instrumen dilakukan dengan rumus korelasi product moment, yakni:
Keterangan:

Jika  maka koofisien korelasi item valid.[47]
Namun perhitungan uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini dengan bantuan software SPSS 24.

b.      Uji reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas pada angket, maka selanjutnya instrumen tersebut dilakukan uji reliabilitas. Menurut Sugiyono bahwa uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan dalam mengungkapkan gejala tertentu.[48] Untuk menguji reliabilitas maka digunakan rumus alpha sebagai berikut:
Keterangan:


Menurut Suharsimi Arikunto bahwa untuk memperoleh jumlah varian butir harus dicari terlebih dahulu varian setiap butir yaitu dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:

Tabel 9
 Tabel interpretasi nilai r.[51]

Besarnya nilai r
Interpretasi
Keterangan
0,800 sampai dengan 1,000
Sangat tinggi
Reliabel
0,600 sampai dengan 0,0799
Tinggi
Reliabel
0,400 sampai dengan 0,599
Cukup tinggi
Tidak Reliabel
0,200 sampai dengan 0,399
Rendah
Tidak Reliabel
0,000 sampai dengan 0,199
Sangat rendah
Tidak Reliabel

Instrumen termasuk reliabel apabila r hitung lebih besar atau sama dengan rtabel dan akan terbalik jika r hitung lebih kecil dari r tabel instrumen. Dapat dijelaskan bahwa tidak reliabel atau nilai dari rhitung dijabarkan dengan interpretasi r dengan syarat dikatakan reliabel apabila
Namun perhitungan dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 24.

6.      Teknik analisis data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis statistik inferensial yakni menarik kesimpulan dengan memprediksi karakteristik responden melalui perolehan hasil jawaban angket.[52] Pada penelitian ini teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi ganda, yang melibatkan satu variabel terikat (dependent variables) yang dihubungkan dengan dua variabel bebas (independent variables).
Rumus analisis regresi ganda yakni:
Keterangan:

Teknik ini digunakan karena dalam analisis regresi berganda memiliki tujuan untuk memperkirakan perubahan respon pada variabel terikat terhadap beberapa variabel bebas sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik MI Nurul Huda Rangimulya.

G.    Sistematika Penelitian
Dari hasil penelitian, akan dituangkan dalam bentuk penulisan tesis dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I :



Bab II :














Bab III :








Bab IV :










Bab V :
Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, hipotesis penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.
Pengasuhan Orang Tua, Kompetensi Kepribadian Guru, dan Karakter Peserta Didik, berisi tiga sub bab diantaranya:
Sub pertama, pengasuhan orang tua meliputi pengertian pengasuhan orang tua, peran orang tua dalam pengasuhan, pengasuhan orang tua dalam perspektif Islam, faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan dan pentingnya pengasuhan dalam perkembangan karakter.
Sub kedua, kompetensi kepribadian guru meliputi pengertian kompetensi kepribadian guru, macam-macam kompetensi kepribadian guru, dan pentingnya kompetensi kepribadian guru dalam pembentukan karakter.
Sub ketiga, karakter meliputi pengertian karakter, elemen-elemen karakter, faktor-faktor yang mempengaruhi karakter peserta didik, macam-macam refleksi nilai dalam karakter karakter dan macam-macam karakter.
Pengasuhan Orang tua, Kompetensi Kepribadian Guru dan Karakter Peserta Didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
Membahas tentang gambaran umum Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya, Data hasil olah angket tentang pengasuhan orang tua, Data hasil olah angket tentang kompetensi kepribadian guru dan Data hasil olah angket tentang karakter peserta didik. Uji normalitas, uji validitas dan reliabilitas instrumen
Pengaruh Pengasuhan Orang tua dan Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Karakter Peserta Didik
Membahas analisis pengasuhan orang tua peserta didik, analisis kompetensi kepribadian guru dan analisis karakter peserta didik. Data uji regresi berganda. Analisis  pengaruh pengasuhan orang tua terhadap karakter peserta didik, Analisis pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik, Analisis pengaruh pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap  karakter peserta didik. Sumbangan efektif pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap  karakter peserta didik
Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh berdasarkan hasil temuan penelitian.



[1] Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 85
[2] Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2016), h.148
[3] Muslim, wawancara pribadi tanggal 15 Juli 2017
[4] Tuhlani, wawancara pribadi tanggal 15 Juli 2017
[5] Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2011), h. 124 - 125
[6] Tuhlani, wawancara pribadi tanggal 15 Juli 2017
[7] Salman Rusydie, Tuntunan Menjadi Guru Favorit, (Yogyakarta: Flashbook, 2012), h. 10
[8] Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h.100
[9] E Mulyasa, Standar Kompetensi dalam Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 87
[10] Buchari Alma, Guru Profesional, Menguasai Metode dan Terampil Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 3
[11] Khoerun Nasirin, wawancara pribadi tanggal 16 Juli 2017
[12] Anas Salahudin, Pendidikan Karakter, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 52
[13] Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 26
[14] Anas Salahudin, Opcit,  h. 286
[15] Amirullah Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga (Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam), (Jakarta: Gramedia, 2014), h. 68
[16] Ibid
[17] E Mulyasa, Standar Kompetensi dalam Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 117
[18] Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 111
[19] Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna. (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 37
[20] Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: Hidakarya, tanpa tahun), h. 72
[21] Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru, Konsep Dasar, Problematika dan Implementasinya (Jakarta: Indeks, 2011), h. 51
[22] Ira M Lapindus. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 445
[23] Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Rajawali Press, 2003), h. 74
[24] Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Dunia Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 12
[25] Ibid
[26] Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Mulia, 2009), h. 19
[27] Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 114
[28] Fathul Inayah, “Tesis Implementasi Pendidikan Karakter dalam Keluarga (Studi Kasus di Asrama Brimob Pekalongan, 2015)”, Tesis Pascasarjana STAIN Pekalongan, h. 100
[29] Maulana Ibrohim, “Tesis Pembentukan Karakter Peserta Didik Melalui Pendidikan Pencak Silat di SMK NU Kesesi Kabupaten Pekalongan”, Tesis Pascasarjana STAIN pekalongan, 2014, h. 161
[30] Sriyanti, “Tesis Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak Peserta didik SDN di Kecamatan Paninggaran Kabupaten Pekalongan”. Tesis pasca sarjana STAIN Pekalongan, 2015, h. v
[31] Dasory Endah Hyoscymina, “Peran Keluarga dalam Membangun Karakter Anak”, Jurnal Psikologi UNDIP Vol 10 No 2 Oktober 2011 p. 144-152
[32] Irma Khoirsyah Riati, ”Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Karakter Usia Dini”, Jurnal Infantia Vol 4 No 2 Agustus 2016
[33] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 64
[34] Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 5
[35] Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, (Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2011), h. 51
[36] Didin Jamaluddin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 145-146
[37] PERMENDIKNAS No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
[38] Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan karakte, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 55 - 57
[39] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.108
[40] Dokumentasi diambil dari data peserta didik MI Nurul Huda Rangimulya kabupaten Tegal tahun pelajaran 2017/2018
[41] Salafudin, Statistika Terapan untuk Penelitian Sosial, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2005), h. 21
[42] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 85
[43] Ibid
[44] Ibid, h. 128
[45] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 145
[46] Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian, Opcit, h. 210
[47] Ibid
[48] Sugiyono Metode Penelitian,  Opcit, h.172
[49] Ibid
[50] Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian, Opcit, h.171
[51] Ibid
[52] Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2010), h. 4
[53] Ibid 



Silahkan download lengkap di