PENGARUH PENGASUHAN ORANG TUA DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP KARAKTER PESERTA DIDIK MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL HUDA RANGIMULYA KABUPATEN TEGAL
Tesis Magister Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana IAIN Pekalongan
Tahun 2018
Tesis Magister Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana IAIN Pekalongan
Tahun 2018
A. Latar Belakang Masalah
Orang
tua merupakan orang utama yang mampu, serta berhak menolong keturunannya dan
mendidik anaknya. Peranan orang tua dalam keluarga sangat penting karena dapat
menciptakan ikatan emosional dengan anak, menciptakan suasana aman di rumah
sehingga orang tua dan rumah merupakan tempat anak untuk kembali, menjadi model
untuk anaknya, memberikan disiplin, memperbaiki tingkah laku anak dan
menciptakan jaringan komunikasi diantara anggota keluarga.[1]
Pengawasan
dan bimbingan orang tua di rumah mutlak diperlukan, karena adanya bimbingan
orang tua dapat mengawasi dan mengetahui kekurangan dan kesulitan. Sebagaimana Abdullah
Nasih Ulwan mengatakan bahwa anak itu merupakan amanat bagi kedua orang tuanya,
hatinya akan suci dan bersih jika terus menerus diajarkan kebaikan dan anak
akan tumbuh dengan kebiasaan yang baik.[2]
Orang tua diharapkan mengasuh anak dengan tepat dan ideal bagi anak yang
bertujuan mengoptimalkan perkembangan anak. Betapa besarnya tanggungjawab orang
tua dihadapan Allah SWT terhadap pengasuhan anak. Allah berfirman:
Artinya: dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
(Q.S. Al Luqman ayat 13)
Berdasarkan
ayat di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai tanggungjawab sangat
besar dalam membimbing anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar agama serta
moral.
Namun
yang terjadi di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya ada orang
tua beranggapan bahwa merasa khawatir jikalau anak mereka terpengaruh oleh
keadaan sekelilingnya, sehingga mereka menahan anak-anak sepulang sekolah di
rumah saja, tidak boleh bermain dengan anak-anak yang lain.[3]
Sehingga anak kurang mempunyai rasa percaya diri dan tidak ada inisiatif
sendiri selalu meminta pertolongan pada orang tuanya dan sukar bergaul dengan
teman-temannya. Selain itu juga ada orang tua yang acuh terhadap segala yang
dilakukan anak karena dengan alasan mereka bekerja sepanjang hari dan anak
mereka sudah di sekolahkan di Madrasah Ibtidaiyah yang notabene pendidikan
agamanya sudah bagus.[4]
Karakter
berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku
anak itulah yang disebut karakter. Jadi karakter melekat dengan nilai dari
perilaku amat sulit dipahami oleh orang lain dari pada dirinya sendiri. Untuk
mencapai semua ini orang tua berperan sentral dalam keluarga dan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam mendidik seorang anak. Pengasuhan berperan
penting dalam karakter anak.[5]
Beberapa
orang tua peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda beranggapan bahwa
karakter anak diasah dalam pendidikan formal, sehingga menimbulkan pemikiran
bahwa karakter anak akan ditentukan oleh kualitas pendidikan yang sedang ditempuhnya.[6]
Namun pada dasarnya karakter anak dapat diterapkan dan diwujudkan sejak dini
dalam lingkungan keluarga tanpa harus mengandalkan pendidikan formal.
Selain
itu karakter anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dimana anak juga
mendapatkan pendidikan karakter. Pencapaian tujuan pendidikan tidak cukup hanya
dengan penguasaan materi saja, baik melalui teori dan praktiknya, tetapi juga melalui
pembinaan karakter peserta didik. Fungsi pendidikan tidak hanya membutuhkan
kompetensi guru dalam penguasaan materi dan metode mengajar yang tepat, tetapi
juga guru mampu memberikan keteladanan dalam ucapan, sikap, dan perilaku
sehari-hari. Utamanya ketika dalam proses belajar mengajar di sekolah. Guru
adalah sosok yang mampu membimbing, mengarahkan, mengayomi dan sekaligus
mengasuh murid dengan baik. Kemampuan seperti inilah yang akan membawa seorang
guru dipandang sebagai figur yang benar-benar dapat digugu dan ditiru
oleh murid-muridnya.[7]
Menurut
Undang-undang No. 14
tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang guru dan dosen serta PP No. 19 tahun 2005
pasal 28 ayat 3, guru wajib memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi
pedagodik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Salah satu kompetensi yang berpengaruh
besar terhadap perkembangan peserta didik adalah kompetensi kepribadian.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, berwibawa yang menjadi teladan bagi
peserta didik.[8]
Tugas
guru selain mengajarkan pelajaran juga berperan penting dalam karakter peserta
didik karena pribadi guru akan menjadi teladan. Ini dapat dimakluni karena
manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh termasuk mencontoh pribadi
gurunya dalam membentuk pribadinya.[9]
Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai kepribadian baik yang mampu
menjadi teladan bagi peserta didik.
Keberhasilan
peserta didik berawal dari kepribadian yang luhur dari guru. Peserta didik yang
mengagumi gurunya, mengingat kata-kata bijaknya sehingga menjadi inspirasi dan
motivasi bagi keberhasilan peserta didiknya ketika terjun di masyarakat. Namun
tidak sedikit peserta didik yang justru membenci karena perilaku gurunya. Telah
banyak diungkap oleh media massa tentang guru yang kurang disiplin, yang merusak
citra guru sebagai tugas yang sangat mulia.[10]
Sesuai
dengan misi MI Nurul Huda Rangimulya poin pertama: membentuk manusia yang
beriman, bertaqwa dan berkarakter. Namun yang terjadi Guru MI Nurul Huda
Rangimulya banyak yang tidak disiplin, jarang mengikuti upacara bendera tiap
hari senin, lebih banyak mencatat materi dari buku daripada menerangkan,
terlambat masuk sekolah dan pulang sekolah lebih awal.[11]
Berangkat dari hal-hal diatas
peneliti terdorong untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh pengasuhan
orang tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya Kabupaten Tegal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengasuhan orang tua peserta
didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya?
2. Bagaimana kompetensi kepribadian guru Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya?
3. Bagaimana karakter peserta didik
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya?
4. Bagaimana pengaruh pengasuhan orang tua
terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya?
5. Bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian
guru terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya?
6. Bagaimana pengaruh pengasuhan orang tua
dan kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Rangimulya?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan penelitian
a)
Untuk mendeskripsikan pengasuhan orang tua
peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
b)
Untuk
mendeskripsikan kompetensi kepribadian guru Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda
Rangimulya
c)
Untuk
mendeskripsikan karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda
Rangimulya
d)
Untuk
menganalisis pengaruh pengasuhan orang tua terhadap karakter peserta didik
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
e)
Untuk menganalisis pengaruh kompetensi
kepribadian guru terhadap
karakter peserta didik
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
f)
Untuk menganalisis pengaruh pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian
guru terhadap karakter peserta didik
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
2.
Kegunaan penelitian
a)
Kegunaan teoritis
1)
Memberi
masukan pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan pengaruh
pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian
guru terhadap karakter peserta didik.
2)
Digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sebagai perbandingan
bagi para pembaca yang akan melakukan penelitian di lembaga pendidikan.
b)
Kegunaan praktis
1)
Bagi peneliti, memperdalam wawasan tentang pengasuhan orang tua dan kompetensi guru sebagai dasar karakter anak.
2)
Bagi sekolah, dijadikan sumber informasi.
3)
Bagi masyarakat, sebagai masukan agar orang tua senantiasa memperhatikan
perkembangan anaknya, terutama sisi karakter anak.
D. Kajian Pustaka
1.
Analisis teoritis tentang pengasuhan orang tua
Dalam lingkungan keluarga dianggap
berpengaruh dalam pendidikan karakter anak, Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Anas Salahudin sebagai berikut:
“Lingkungan keluarga dianggap berpengaruh dalam
pendidikan karena dilacak lebih jauh, krisis dalam watak dan karakter bangsa
saat ini terkait dengan semakin memudarnya keharmonisan dalam keluarga. Banyak
keluarga yang mengalami disorientasi bukan hanya karena menghadapi limpahan
materi atau kesulitan ekonomi, melainkan juga karena serbuan globalisasi dan
gaya hidup yang tidak selalu kompatibel dengan nilai dan norma agama,
sosial-budaya dan lokal indonesia”. [12]
Dari
penjelasan diatas masalah yang terjadi adalah orang tua yang tidak sadar dengan
tanggungjawab amanah yang diberikan Allah SWT untuk mendidik anak
sebaik-baiknya untuk menjadi anak yang saleh. Keluarga yang seharusnya menjadi
pilar justru menjadi pilar yang lemah. Salah satu diantara sebabnya adalah
pudarnya keharmonisan antar anggota keluarga sangat mempengaruhi karakter anak.
Peran kedua orang tua sebagi contoh teladan bagi anak-anaknya.
Pengasuhan
yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Perilaku
ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif dan positif. Sebagaimana
pernyataan Syaiful Bahri Djamarah:
“Pengasuhan diartikan sebagai bentuk interaksi
antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan, yang berarti orang tua
mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat”.[13]
Dari
pengertian diatas orang tua dapat dapat memberikan pengasuhan yang tepat dan
ideal bagi anaknya, yang berperan penting menjadikan karakter yang baik pada
diri anak. Sebaliknya apabila orang tua salah menerapkan pengasuhan akan
membawa akibat buruk bagi perkembangan jiwa anak.
Menurut Seto
Mulyadi yang dikutip Anas Salahudin menyatakan bahwa:
“Pengasuhan
yang sejati itu ada dalam keluarga karena pengasuhan anak pada dasarnya
mengarah pada aspek individual. Artinya setiap anak akan dihargai secara khusus
dan unik serta tidak dalam bentuk massal. Pengasuhan harus dari hati yang
jernih sama halnya mengajarkan bahasa ibunya, mengajari anak sopan santun,
mengajarkan hormat kepada orang tua, mengajarkan doa-doa dan mengajarkan sholat
pada waktunya”.[14]
Dari pemaparan
diatas dapat disimpulkan keluarga terutama orang tua memiliki peran penting
dalam pengasuhan dalam proses internalisasi nilai-nilai agama dan karakter
manusia khususnya pada anak usia awal. Namun pengasuhan seperti itu tidak boleh
sesaat tetapi dilakukan secara terus-menerus hingga anak besar. Karena jika
hanya mengandalkan sekolah tidak mungkin. Sebab sekolah hanya sebuah institusi
yang bergerak pada proses pengajaran dalam aspek iptek.
Menurut Ahmad
Tafsir yang dikutip Amirulloh Syarbini bahwa:
“Dalam keluarga orang yang paling bertanggungjawab
terhadap pendidikan anak adalah orang tua. Tanggungjawab itu disebabkan
sekurang-kurangnya karena dua alasan. Pertama, karena secara kodrati orang tua
ditakdirkan bertanggungjawab mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan orang
tua yaitu: orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya,
sukses anaknya adalah sukses orang tua juga”.[15]
Setiap
pengalaman yang dilalui anak dalam hidupnya, melalui pengelihatan, perilaku
yang diterima ikut menjadi bagian yang membentuk karakter. Anak-anak sering
mendengar orang tuanya mengucapkan nama Allah niscaya akan mulai mengenalkan
Allah, kemudian dapat mendorong pertumbuhan jiwanya pada agama. Orang tua harus
memberikan contoh dalam hidupnya misalnya kebiasaan mengerjakan sholat, berdoa,
membaca Alquran disamping mengajaknya untuk meneladani sikap tersebut. Demikian
pula penanaman sifat amanah, tanggungjawab, rasa hormat, keadilan, peduli, dan rasa kebangsaan. Selain itu
pengasuhan orang tua dalam pendidikan Islam
dapat berupa pembiasaan, bercerita, nasihat, penghargaan dan hukuman.[16]
2.
Analisis teoritis tentang kompetensi kepribadian
guru
Karakter peserta
didik juga dipengaruhi oleh kepribadian guru di sekolah, sebagaimana E. Mulyasa
menjelaskan:
“Salah satu kompetensi yang berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan karakter peserta didik adalah kompetensi
kepribadian. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat
penting dalam membentuk karakter anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber
daya manusia serta mensejahterahkan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa pada
umumnya”.[17]
Kompetensi
kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif berwibawa dan dapat menjadi teladan bagi peserta
didik.
Tuntutan akan kepribadian sebagai
pendidik kadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Ungkapan yang
sering dikemukakan adalah bahwa
guru bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang
disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa
ditiru dan teladani. Hal inilah yang berat karena guru adalah sosok teladan
bagi siswa dan juga masyarakat. Oleh karena itu segala hal yang keluar dari
seorang guru dalam berbagai bentuk perilaku keseharian seharusnya mencerminkan
aspek keteladanan.[18]
Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya
harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan
idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karena guru harus selalu berusaha
memilih dan melakukan perbuatan yang posistif agar dapat mengangkat citra baik
dan kewibawaannya terutama di depan murid-muridnya. Kepribadian yang tulus
merupakan syarat utama bagi seorang pendidik dalam membimbing anak didik menuju
cita-citanya. Mengingat peranan sebuah kepribadian sangat mempengaruhi
perkembangan karakter peserta didik. Perlu kita ketahui bahwa pendidik bekerja
melalui pribadinya, dalam pribadi yang santun akan melahirkan anak didik yang
santun. Begitu pula sebaliknya. Semua perilaku pendidik menjadi tiruan anak didik
baik perilaku yang benar maupun
perilaku yang salah.[19]
Kepribadian seorang guru merupakan modal
dasar bagi guru dalam menjalankan tugasnya secara profesional sebab kegiatan
pendidikan pada dasarnya merupakan komunikasi personal antara guru dan peserta
didik. Esesnsi kepribadian guru bermuara ke dalam intern pribadi guru. Beberapa
kompetensi lainnya yakni kompetensi paedagogik, sosial dan professional pada
akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh kepribadian yang dimilikinya.[20]
Kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga mempunyai pengaruh terhadap karakter
anak.
Menurut Peraturan
Pemerintah No.16 Tahun 2007, kemampuan dalam standar kompetensi kepribadian ini
mencangkup lima kompetensi utama yakni 1) bertindak sesuai norma agama, hukum,
sosial dan kebudayaan masyarakat, 2) menampilkan diri menjadi pribadi yang
jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta dan masyarakat, 3) menampilkan
diri menjadi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, 4)
menunjukan etos kerja, tanggungjawab, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya
diri, 5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.[21]
3.
Analisis teoritis tentang karakter
Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat; watak;
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain.[22] Bila
mengacu pada pengertian ini karakter erat kaitannya dengan segala bentuk
tingkah laku seseorang dalam kehidupan kesehariannya. Sementara dalam kamus
sosiologi, karakter diartikan sebagai ciri khusus dari struktur dasar
kepribadian seseorang.[23]
Zubaedi
mengemukakan bahwa karakter dapat didefinisikan sebagai panduan daripada segala
tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk
membedakan orang yang satu dengan yang lain.[24]
Sedangkan dalam Islam mengenai pembentukan karakter harus dimulai dari masa
balita bahkan sejak masih kandungan sehingga akan melekat apa yang diajarkan
dan ketika dewasa menjadi sikap apa yang diharapkan.[25]
Berdasarkan
pengertian diatas dapat dimaknai bahwa karakter nilai-nilai yang khas-baik
(tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik dan berdampak
baik terhadap lingkungan) terpatri dalam diri seseorang dan terejawantahkan
dalam perilaku. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan
yang ia buat. Dalam konteks ini karakter erat kaitannya dengan personality
atau kepribadian seseorang.
Menurut
Abuddin Nata bahwa Seseorang dianggap memiliki karakter mulia apabila ia
memiliki ilmu pengetahuan mendalam tentang potensi dirinya serta mampu
mewujudkan potensi itu serta mengamalkannya dalam sikap dan tingkah laku hidup
sehari-hari.[26] Peserta
didik yang mulia dan unggul adalah mereka yang selalu berusaha melakukan
hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan negara dengan mengoptimalkan segenap potensi dan pengetahuan
yang dimilikinya disertai kesadaran dan motivasi dari dalam maupun dari luar
dirinya.
Karakter
tidak dapat dikembangkan secara cepat dan instan tetatpi harus melewati suatu
proses yang panjang, cermat dan sistematis. Berdasarkan pemikiran Kohlberg yang
dikutip oleh Abdul Majid bahwa:
”Terdapat empat
tahap pendidikan karakter yang harus diperhatikan berdasarkan tahap
perkembangan anak sejak usia dini hingga dewasa yaitu: a) tahap pembiasaan
sebagai awal perkembangan karakter anak, b) tahap pemahaman dan penalaran
terhadap nilai, sikap, perilaku dan karakter peserta didik, c) tahap penerapan
berbagai perilaku dalam berbagai kehidupan sehari-hari, d) tahap pemaknaan
yaitu suatu tahap refleksi dari para peserta didik melalui penilaian terhadap
seluruh sikap dan perilaku yang telah mereka pahami dan lakukan serta dampaknya
dalam kehidupan baik bagi dirinya maupun orang lain”.[27]
Jika
seluruh tahap diatas telah dilalui maka pengaruh karakter peserta didik akan
berdampak secara berkelanjutan baik melalui pendidikan karakter dari orang tua
maupun guru.
4.
Penelitian terdahulu yang relevan
Lebih lanjut
guna memperjelas posisi peneliti, berikut ini disampaikan beberapa penelitian
yang telah dilakukan peneliti lain terkait dengan judul penelitian ini
diantaranya:
a.
Fathul Inayah, Tesis Implementasi pendidikan
karakter dalam keluarga (studi kasus di asrama brimob Pekalongan) yang
kesimpulannya pelaksanaan pendidikan karakter di keluarga Brimob Pekalongan
melalui proses pembiasaan setiap hari yang menjadi bagian pola kehidupan keluarga.
Di keluarga tersebut dengan materi pendidikan karakter yang ada di asrama Brimob
Pekalongan meliputi aspek keagamaan, akhlak dan perilaku sosial. Metode yang
digunakan di asrama Brimob Pekalongan untuk pembentukan karakter adalah metode
cerita, metode pembiasaan dan metode keteladanan. Kendala implementasi
pendidikan karakter di asrama brimob Pekalongan adalah adanya berbagai macam
latar belakang, orang tua mendapatkan tugas di luar kota yang menyebabkan
perhatian pada anak kurang maksimal sehingga faktor lingkungan yang sempit
artinya hanya sekitar lingkungan asrama saja anak-anak bersosialnya terbatas.[28]
b.
Maulana Ibrohim, Tesis pembentukan karakter peserta
didik melalui pendidikan pencak silat di SMK NU Kesesi kabupaten Pekalongan
yang kesimpulannya pendidikan pencak silat merupakan sebuah sistem pendidikan
yang didalamnya terdapat proses pembentukan karakter yang telah membentuk
peserta didik mencapai karakter yang sesuai dengan falsafah dan ciri khas
pendidikan pencak silat. Pembentuknya adalah dengan pembinaan fisik dan
prestasi, latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik dan pembinaan
kerohanian yang terdapat dalam empat tingkatan yaitu tingkat polos, jambon,
hijau dan putih. Adapun karakter yang terbentuk dari masing-masing pembinaan
antara lain; pertama, melalui pembinaan fisik dan prestasi dengan menggunakan
metode penugasan dan latihan kelompok maka menghasilkan karakter disiplin dan
memiliki prestasi yang unggul (tangguh). Kedua, melalui pembinaan latihan
fisik, teknik dan taktik dengan menggunkan metode hafalan ternyata menghasilkan
karakter aktif (trengginas) dan percaya diri (tanggon). Ketiga, melalui
pembinaan kerohanian dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi membuahkan
hasil sesuai dengan jenjang tingkatan masing-masing.[29]
c.
Sriyanti, Tesis pengaruh pembelajaran pendidikan
agama islam terhadap akhlak peserta didik SDN Di Kecamatan Paninggaran
kabupaten Pekalongan. yang kesimpulannya pembelajaran pendidikan agama Islam SDN di kecamatan Paninggaran sangat baik.
Sedangkan akhlak peserta didik SDN di kecamatan Paninggaran juga berada pada
kategori sangat baik. Pembelajaran pendidikan agama islam SDN di kecamatan
Paninggaran mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dengan akhlak peserta
didik. Kemudian hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan
antara pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap akhlak peserta didik SDN di
Kecamatan Paninggaran diterima.[30]
d.
Dasory Endah Hyoscymina, Jurnal psikologi UNDIP yang
bertema peran keluarga dalam membangun karakter anak, yang kesimpulannya
keluarga merupakan faktor yang penting dalam pembentukan kepribadian anak.
Komunikasi dua arah yang efektif sangat diperlukan untuk membentuk hubungan
yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua harus berusaha mendengar dan
memahami kemauan anak dan orang tua harus mampu mengarahkan dan membimbing anak
karena perilaku anak berawal dari keluarga. Pilihkan sekolah untuk anak
disekolah yang dasar agama Islamnya bagus sehingga anak akan terbiasa dengan
ibadah dan akhlak mulia.[31]
e.
Irma Khoirsyah Riati, Jurnal Infantia yang bertema pengaruh
pola asuh orang tua terhadap karakter anak usia dini, yang kesimpulannya adanya
pengaruh pola asuh orang tua terhadap karakter anak kelas B di PAUD Nurul
Qurani bandung terlihat dari hasil observasi dan wawancara bagaimana seharusnya
pola asuh orang tua agar dapat digunakan pada pembentukan karakter anak.[32]
Berikut adalah
ulasan yang disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi persamaan dan perbedaan
penelitian-penelitian diatas dengan penelitian peneliti.
Tabel 1
Tabel Persamaan
dan Perbedaan Penelitian Terdahulu
No
|
Judul
Penelitian
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
1
|
Implementasi pendidikan karakter dalam keluarga
(studi kasus di asrama brimob Pekalongan)
|
Adanya kesamaan membahas pendidikan karakter anak
dalam keluarga
|
Dalam penelitian ini pelaksanaan pendidikan
karakter melalui proses pembiasaan, dengan adanya berbagai macam latar
belakang dan orang tua tugas di luar kota yang menyebabkan perhatian kepada
anak kurang maksimal. Penelitian yang dilakukan tersebut adalah penelitian
kualitatif sedangkan penelitian peneliti adalah penelitian kuantitatif.
|
2
|
Pembentukan karakter peserta didik melalui
pendidikan pencak silat di SMK NU Kesesi kabupaten Pekalongan
|
Adanya kesamaan membahas pendidikan karakter anak
|
Dalam penelitian ini hasil karakter yang
ditanamkan adalah disiplin, tangguh, karakter aktif dan percaya diri
Penelitian yang dilakukan tersebut adalah
penelitian kualitatif sedangkan penelitian peneliti adalah penelitian
kuantitatif.
|
3
|
Pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam
terhadap akhlak peserta didik SDN di Kecamatan Paninggaran kabupaten
Pekalongan
|
Adanya kesamaan penelitian yang mencangkup
lingkungan sekolah
|
Penelitian yang akan dilakukan bukan hanya
terfokus pada materi pembelajaran akan tetapi pada kompetensi kepribadian
guru yang berpengaruh pada pembentukan karakter peserta didik
|
4
|
Peran keluarga dalam membangun karakter anak
|
Adanya kesamaan membahas pendidikan karakter anak
dalam keluarga
|
Dalam penelitian tersebut hanya secara umum yang
dijelaskan, sedangkan dalam penelitian ini meliputi pengasuhan orang tua dan
kompetensi kepribadian guru.
|
5.
|
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap karakter
anak usia dini
|
Adanya kesamaan membahas pengasuhan orang tua
terhadap pembentukan karakter anak dalam keluarga
|
Penelitian yang dilakukan tersebut adalah
penelitian kualitatif sedangkan penelitian peneliti adalah penelitian
kuantitatif.
Dalam penelitian tersebut juga hanya secara umum
yang dijelaskan, sedangkan dalam penelitian ini meliputi pengasuhan orang tua
dan kompetensi kepribadian guru.
|
Berdasarkan ulasan di atas letak
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
fokus pada pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru di Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya. Penelitian ini menggambarkan bagaimana
pengaruh pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru sebagai pembentuk
karakter peserta didik.
5.
Kerangka berpikir
Berdasarkan
kajian teoritis yang telah dikemukakan diatas maka peneliti merumuskan kerangka
berpikir sebagai berikut:
Ada orang tua peserta didik Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya yang beranggapan bahwa pendidikan karakter itu
akan terbentuk hanya di sekolah. Jadi tidaklah perlu orang tua mengarahkan
anak-anaknya di rumah. Keluarga
merupakan pondasi pertama bagi pembinaan setiap masyarakat, karena keluarga
langkah pertama untuk membina anak. Orang tua merupakan pendidik utama, disini
digambarkan bahwa peran keluarga terutama orang tua merupakan cermin dari sikap
bagi anak-anak mereka. Keteladanan orang tua dalam berperilaku akan menjadi
contoh nyata bagi pembelajaran anak. Teladan ini akan melahirkan gejala
indikatif bagi perilaku anak. Yakni penyamaan diri dari orang lain yang ditiru,
hal ini penting sekali dalam karakter seorang anak.
Karakter peserta didik dapat
dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan sekolah. Pembentukan karakter di lingkungan sekolah
sangat diperlukan karena sekolah mempunyai peran yang sangat penting untuk
karakter peserta didik terutama tingkat sekolah dasar, karena secara
psikologis pada masa itulah seseorang masih berusaha untuk menemukan jati
dirinya melalui teladan orang-orang di sekitarnya..
Fungsi pendidikan tidak hanya
membutuhkan kompetensi guru dalam penguasaan materi dan metode mengajar yang
tepat, tetapi juga guru mampu memberikan keteladanan dalam ucapan, sikap, dan
perilaku sehari-hari. Salah satu kompetensi yang berperan penting terhadap
perkembangan peserta didik adalah kompetensi kepribadian. Oleh karena itu
seorang guru harus mempunyai kepribadian baik yang mampu menjadi teladan bagi
peserta didik.
Dari pemikiran diatas dapat digambarkan
dengan skema sebagai berikut:
Tabel 2
Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh Pengasuhan
Orang Tua dan Kompetensi Guru Terhadap Karakter Anak
Pengasuhan Orang Tua (X1)
1. Orang tua sebagai panutan
2. Orang tua sebagai cermin utama anak
3. Orang tua sebagai motivator anak
4. Orang tua sebagai fasilitator anak
|
Kompetensi Kepribadian Guru (X2)
1. Bertindak
sesuai norma agama, hukum, sosial dan budaya masyarakat
2. Menampilkan
diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta
didik
3. Menampilkan diri menjadi pribadi
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
4. Menunjukan etos kerja,
tanggungjawab, rasa bangga menjadi guru dan percaya diri
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi
guru
|
Karakter (Y)
1.
Tanggungjawab
2.
Rasa
hormat
3.
Keadilan
4.
Peduli
5.
Amanah
6.
Rasa
kebangsaan
|
E. Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat penyataan.[33] Dalam
penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
- Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pengasuhan orang tua terhadap pembentukan karakter peserta didik.
- Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru terhadap pembentukan karakter peserta didik.
- Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pengasuhan orang tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap pembentukan karakter peserta didik.
F. Metode Penelitian
1.
Jenis penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research). Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan ditempat
terjadinya gejala-gejala yang diteliti.[34]
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif yakni menjelaskan penyebab fenomena sosial melalui pengukuran
objektif dan analisis numerikal.[35]
2.
Variabel penelitian
a.
Pengasuhan orang tua peserta didik Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Rangimulya disebut variabel bebas (independen), sebagai variabel pertama (X1). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Indikator Instrumen
Pengasuhan Orang Tua
No
|
Sub
Variabel
|
Indikator
|
1
|
Orang tua sebagai panutan
|
a)
Memberikan contoh ucapan yang baik
b)
Memberikan contoh tingkah laku yang baik
|
2
|
Orang tua sebagai cermin utama anak
|
a)
Menanamkan kebiasaan yang baik
b)
Kebiasaan yang baik diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari
|
3
|
Orang tua sebagai motivator anak
|
a)
Menceritakan kisah orang-orang sholeh
b)
Mengambil hikmah yang bermanfaat dari cerita tersebut
c)
Memberikan tutur kata yang berisi perilaku yang baik
d)
Memberikan motivasi untuk melakukan perbuatan yang baik
e)
Memberikan pemahaman tentang akibat perbuatan yang kurang baik
|
4
|
Orang tua sebagai fasilitator anak
|
a)
Memberikan apresiasi penghargaan atas perbuatan yang baik
b)
Memberikan hukuman jika terpaksa atas kesalahan anak melakukan perbuatan
yang kurang baik
|
Indikator diatas diambil dari buku yang berjudul
Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam karangan Dindin Jamaluddin.[36]
b.
Kompetensi kepribadian guru Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Rangimulya juga disebut variabel bebas yang kedua (X2). Dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
4
Indikator
Instrumen Kompetensi Kepribadian Guru
No
|
Sub
Variabel
|
Indikator
|
1
|
Bertindak
sesuai norma hukum, sosial dan kebudayaan masyarakat
|
a)
Berperilaku sesuai dengan norma agama, hukum dan sosial yang berlaku dalam
masyarakat
|
2
|
Menampilkan
diri menjadi pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta
didik
|
a)
Berperilaku jujur, tegas dan manusiawi
b)
Berperilaku mencerminkan akhlak mulia
c)
Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik
|
3
|
Menampilkan
diri menjadi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
|
a)
Menampilkan diri sebagai pribadi yang stabil,
b)
Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa dan arif dan berwibawa
c)
Kemampuan melaksanakan bimbingan dan konseling
|
4
|
Menunjukan
etos kerja, tanggungjawab, rasa bangga menjadi guru dan percaya diri
|
a)
Menunjukan etos kerja dan tanggungjawab yang tinggi
b)
Mempunyai kebanggaan menjadi guru
c)
Bekerja secara profesional
|
5
|
Menjunjung tinggi kode etik guru
|
a)
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
b)
Menerapkan perilaku sesuai dengan kode etik profesi guru
|
Indikator
diatas diambil dari PERMENDIKNAS No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.[37]
c.
Karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda
Rangimulya sebagai variabel terikat (dependen),
variabel terikat (Y) dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Indikator
Instrumen Karakter Peserta Didik
No
|
Sub
Variabel
|
Indikator
|
1
|
Tanggungjawab
|
a)
Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap diri sendiri
b)
Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap masyarakat
c)
Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa
|
2
|
Rasa hormat
|
a)
Menghormati diri sendiri
b)
Menghormati orang lain
c)
Menghormati lingkungan
|
3
|
Keadilan
|
a)
Bertindak sesuai hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain
|
4
|
Peduli
|
a)
Peduli terhadap diri sendiri
b)
Bertindak memberi bantuan kepada orang lain
c)
Bertindak mencegah kerusakan lingkungan alam disekitarnya
|
5
|
Amanah
|
a)
Bersikap berani kerjakan apa yang benar
b)
Memegang janji, mengikuti apa yang menjadi komitmen
|
6
|
Rasa kebangsaan
|
a)
Penghargaan yang tinggi terhadap budaya
b)
Rasa bangga terhadap bangsa Indonesia
|
Indikator
diatas diambil dari buku yang berjudul Konsep dan Model Pendidikan Karakter karangan
Muchlas Samani.[38]
3.
Populasi dan sampel penelitian
a.
Populasi
Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian.[39]
Didalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah peserta didik MI
Nurul Huda Rangimulya dari kelas 4, 5 dan 6 yang berjumlah 67 orang. Hal ini sebagaimana jumlah peserta didik Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya tahun pelajaran 2017/2018.[40]
b.
Sampel
Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diselidiki.[41]
Mengenai pengambilan sampel, peneliti lakukan dengan teknik sampling jenuh yakni dimana semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel.[42]
Menurut Sugiyono teknik sampling jenuh dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil atau penelitian membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.[43] Maka
sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 peserta didik.
4.
Teknik pengumpulan data
Ada beberapa
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a.
Metode angket
Metode angket
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia
ketahui.[44]
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh pengasuhan orang
tua dan kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Rangimulya. Angket ini diberikan kepada peserta didik yang dijadikan
sampel penelitian. Angket ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel
terikat.
Ketiga
variabel memiliki 4 alternatif jawaban dengan bobot skor yang berbeda-beda.
Adapun alternatif jawaban yang terdapat dalam instrumen angket yakni:
1)
Pilihan jawaban A, dengan bobot skor 4
2)
Pilihan jawaban B, dengan bobot skor 3
3)
Pilihan jawaban C, dengan bobot skor 2
4)
Pilihan jawaban D, dengan bobot skor 1
Berikut
kisi-kisi angket pengasuhan orang tua di MI Nurul Huda Rangimulya.
Tabel 6
Tabel Kisi - kisi Angket Pengasuhan Orang Tua di MI
Nurul Huda Rangimulya.
No
|
Sub
Variabel
|
Indikator
|
Nomor
Butir
|
Jumlah
Soal
|
1
|
Orang tua sebagai panutan
|
a)
Memberikan contoh ucapan yang baik
b)
Memberikan contoh tingkah laku yang baik
|
1,6,
2,3,4,5,7,8
|
8 soal
|
2
|
Orang tua sebagai cermin utama anak
|
a)
Menanamkan kebiasaan yang baik
b)
Kebiasaan yang baik diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari
|
9,14,13
10,11,12
|
6 soal
|
3
|
Orang tua sebagai motivator anak
|
a)
Menceritakan kisah orang-orang sholeh
b)
Mengambil hikmah yang bermanfaat dari cerita tersebut
c)
Memberikan tutur kata yang berisi perilaku yang baik
d)
Memberikan motivasi untuk melakukan perbuatan yang baik
e)
Memberikan pemahaman tentang akibat perbuatan yang kurang baik
|
15,17
16,18
19,
20,22,24
21,23
|
10 soal
|
5
|
Orang tua sebagai fasilitator anak
|
a)
Memberikan apresiasi penghargaan atas perbuatan yang baik
b)
Memberikan hukuman jika terpaksa atas kesalahan anak melakukan
perbuatan yang kurang baik
|
25,26,27
28,29,30
|
6 soal
|
Jumlah keseluruhan soal
|
30
|
Kemudian kisi-kisi angket kompetensi
kepribadian guru di MI Nurul Huda Rangimulya sebagai berikut:
Tabel 7
Tabel Kisi - kisi
Angket Kompetensi Kepribadian Guru di MI Nurul Huda Rangimulya.
No
|
Sub
Variabel
|
Indikator
|
Nomor
Butir
|
Jumlah
Soal
|
1
|
Bertindak
sesuai norma hukum, sosial dan kebudayaan masyarakat
|
a)
Berperilaku sesuai dengan norma agama, hukum dan sosial yang berlaku
dalam masyarakat
|
1,2,3,4,5,
6,7
|
7 soal
|
2
|
Menampilkan
diri menjadi pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta
didik
|
a)
Berperilaku jujur, tegas dan manusiawi
b)
Berperilaku mencerminkan akhlak mulia
c)
Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik
|
10,
9,11
8
|
4 soal
|
3
|
Menampilkan
diri menjadi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
|
a)
Menampilkan diri sebagai pribadi yang stabil,
b)
Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa dan arif dan berwibawa
c)
Kemampuan melaksanakan bimbingan dan konseling
|
12,
13,16,17,
18,
14,15,
19,20,21
|
10 soal
|
4
|
Menunjukan
etos kerja, tanggungjawab, rasa bangga menjadi guru dan percaya diri
|
a)
Menunjukan etos kerja dan tanggungjawab yang tinggi
b)
Mempunyai kebanggaan menjadi guru
c)
Bekerja secara profesional
|
24,25,26
27
22
23
|
6 soal
|
5
|
Menjunjung tinggi kode etik guru
|
a)
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
b)
Menerapkan perilaku sesuai dengan kode etik profesi guru
|
30
28,29
|
3 soal
|
Jumlah keseluruhan soal
|
30
|
Selanjutnya
kisi-kisi angket karakter peserta didik di MI Nurul Huda Rangimulya sebagai
berikut:
Tabel 8
Tabel kisi – kisi angket
karakter peserta didik di MI Nurul Huda Rangimulya.
No
|
Sub
Variabel
|
Indikator
|
Nomor
Butir
|
Jumlah
Soal
|
1
|
Tanggungjawab
|
a)
Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap diri sendiri
b)
Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap masyarakat
c)
Melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa
|
1,2
3,4
5
|
5 soal
|
2
|
Rasa hormat
|
a)
Menghormati diri sendiri
b)
Menghormati orang lain
c)
Menghormati lingkungan
|
6,
7,8,9
10
|
5 soal
|
3
|
Keadilan
|
a)
Bertindak sesuai hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain
|
11,12,13,
14
|
4 soal
|
4
|
Peduli
|
a)
Peduli terhadap diri sendiri
b)
Bertindak memberi bantuan kepada orang lain
c)
Bertindak mencegah kerusakan lingkungan alam disekitarnya
|
15,
16,17,18
19
20
|
6 soal
|
5
|
Amanah
|
a)
Bersikap berani kerjakan apa yang benar
b)
Memegang janji, mengikuti apa yang menjadi komitmen
|
21,22
23,24
|
4 soal
|
6
|
Rasa kebangsaan
|
a)
Penghargaan yang tinggi terhadap budaya
b)
Rasa bangga terhadap bangsa Indonesia
|
29,30
25,26,27
28
|
6 soal
|
Jumlah keseluruhan soal
|
30
|
b.
Metode observasi
Menurut Sutrisno
Hadi yang dikutip Sugiyono bahwa observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan.[45]
Metode ini peneliti gunakan untuk mengamati kondisi fisik seperti sarana dan
prasarana pendidikan di MI Nurul Huda Rangimulya.
5.
Uji validitas dan reliabilitas instrumen
a.
Uji validitas
Validitas
adalah ketetapan alat ukur terhadap konsep yang diukur dalam suatu penelitian.
Menguji validitas instrumen dilakukan dengan rumus korelasi product moment,
yakni:
Keterangan:
.[46]
Namun perhitungan uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini
dengan bantuan software SPSS 24.
b.
Uji reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas pada angket, maka
selanjutnya instrumen tersebut dilakukan uji reliabilitas. Menurut Sugiyono
bahwa uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data
menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan dalam
mengungkapkan gejala tertentu.[48] Untuk
menguji reliabilitas maka digunakan rumus alpha sebagai berikut:
Keterangan:
Menurut Suharsimi Arikunto bahwa untuk memperoleh
jumlah varian butir harus dicari terlebih dahulu varian setiap butir yaitu
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
.[50]
Tabel 9
Tabel interpretasi nilai r.[51]
Besarnya nilai r
|
Interpretasi
|
Keterangan
|
0,800 sampai dengan 1,000
|
Sangat tinggi
|
Reliabel
|
0,600 sampai dengan 0,0799
|
Tinggi
|
Reliabel
|
0,400 sampai dengan 0,599
|
Cukup tinggi
|
Tidak Reliabel
|
0,200 sampai dengan 0,399
|
Rendah
|
Tidak Reliabel
|
0,000 sampai dengan 0,199
|
Sangat rendah
|
Tidak Reliabel
|
Instrumen termasuk reliabel apabila r hitung
lebih besar atau sama dengan rtabel dan akan terbalik jika r hitung
lebih kecil dari r tabel instrumen. Dapat dijelaskan bahwa tidak
reliabel atau nilai dari rhitung dijabarkan dengan interpretasi r dengan syarat
dikatakan reliabel apabila
Namun
perhitungan dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software
SPSS 24.
6.
Teknik analisis data
Dalam
menganalisis data, peneliti menggunakan analisis statistik inferensial yakni
menarik kesimpulan dengan memprediksi karakteristik responden melalui perolehan
hasil jawaban angket.[52] Pada
penelitian ini teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis
regresi ganda, yang melibatkan satu variabel terikat (dependent variables) yang dihubungkan dengan dua variabel bebas (independent variables).
Rumus analisis regresi ganda yakni:
Keterangan:
.[53]
Teknik ini
digunakan karena dalam analisis regresi berganda memiliki tujuan untuk
memperkirakan perubahan respon pada variabel terikat terhadap beberapa variabel
bebas sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh pengasuhan orang tua dan
kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik MI Nurul Huda
Rangimulya.
G. Sistematika Penelitian
Dari hasil
penelitian, akan dituangkan dalam bentuk penulisan tesis dengan sistematika
sebagai berikut:
Bab I :
Bab II
:
Bab III
:
Bab IV
:
Bab V :
|
Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, hipotesis
penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.
Pengasuhan
Orang Tua, Kompetensi Kepribadian Guru, dan Karakter Peserta Didik, berisi
tiga sub bab diantaranya:
Sub pertama,
pengasuhan orang tua meliputi pengertian pengasuhan orang tua, peran orang
tua dalam pengasuhan, pengasuhan orang tua dalam perspektif Islam, faktor-faktor
yang mempengaruhi pengasuhan dan pentingnya pengasuhan dalam perkembangan
karakter.
Sub
kedua, kompetensi kepribadian guru meliputi pengertian kompetensi
kepribadian guru, macam-macam kompetensi kepribadian guru, dan pentingnya
kompetensi kepribadian guru dalam pembentukan karakter.
Sub
ketiga, karakter meliputi pengertian karakter, elemen-elemen karakter,
faktor-faktor yang mempengaruhi karakter peserta didik, macam-macam refleksi
nilai dalam karakter karakter dan macam-macam karakter.
Pengasuhan
Orang tua, Kompetensi Kepribadian Guru dan Karakter Peserta Didik di Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya
Membahas
tentang gambaran umum Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Rangimulya, Data hasil
olah angket tentang pengasuhan orang tua, Data hasil olah angket tentang kompetensi
kepribadian guru dan Data hasil olah angket tentang karakter peserta didik.
Uji normalitas, uji validitas dan reliabilitas instrumen
Pengaruh
Pengasuhan Orang tua dan Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Karakter
Peserta Didik
Membahas
analisis pengasuhan orang tua peserta didik, analisis kompetensi kepribadian
guru dan analisis karakter peserta didik. Data uji regresi berganda. Analisis
pengaruh pengasuhan orang tua terhadap
karakter peserta didik, Analisis pengaruh kompetensi kepribadian guru
terhadap karakter peserta didik, Analisis pengaruh pengasuhan orang tua dan kompetensi
kepribadian guru terhadap karakter
peserta didik. Sumbangan efektif pengasuhan orang tua dan kompetensi
kepribadian guru terhadap karakter
peserta didik
Penutup
Berisi tentang
kesimpulan dan saran yang diperoleh berdasarkan hasil temuan penelitian.
|
[1] Tatang S,
Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 85
[2] Abdullah Nasih
Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2016),
h.148
[3] Muslim,
wawancara pribadi tanggal 15 Juli 2017
[4] Tuhlani,
wawancara pribadi tanggal 15 Juli 2017
[5] Arismantoro, Tinjauan
Berbagai Aspek Character Building, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2011), h. 124
- 125
[6] Tuhlani,
wawancara pribadi tanggal 15 Juli 2017
[7] Salman
Rusydie, Tuntunan Menjadi Guru Favorit, (Yogyakarta: Flashbook, 2012),
h. 10
[8] Jamil
Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan
Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h.100
[9] E Mulyasa, Standar
Kompetensi dalam Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h.
87
[10] Buchari Alma, Guru
Profesional, Menguasai Metode dan Terampil Mengajar, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 3
[11] Khoerun Nasirin,
wawancara pribadi tanggal 16 Juli 2017
[12] Anas
Salahudin, Pendidikan Karakter,
(Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 52
[13] Syaiful Bahri
Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), h. 26
[14] Anas
Salahudin, Opcit, h. 286
[15] Amirullah
Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga (Revitalisasi Peran
Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam), (Jakarta:
Gramedia, 2014), h. 68
[16] Ibid
[17] E Mulyasa, Standar
Kompetensi dalam Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
h. 117
[18] Ngainun Naim, Menjadi
Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 111
[19] Siti Suwadah
Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna. (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 37
[20] Mahmud Yunus, Pokok-Pokok
Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: Hidakarya, tanpa tahun), h. 72
[21] Marselus R.
Payong, Sertifikasi Profesi Guru, Konsep Dasar, Problematika dan
Implementasinya (Jakarta: Indeks, 2011), h. 51
[22] Ira M
Lapindus. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
h. 445
[23] Soerjono
Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Rajawali Press, 2003), h. 74
[24] Zubaedi, Desain
Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Dunia Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2012), h. 12
[25] Ibid
[26] Abuddin Nata, Perspektif
Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Mulia,
2009), h. 19
[27] Abdul Majid, Pendidikan
Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 114
[28] Fathul Inayah,
“Tesis Implementasi Pendidikan Karakter dalam Keluarga (Studi Kasus di Asrama
Brimob Pekalongan, 2015)”, Tesis Pascasarjana STAIN Pekalongan, h. 100
[29] Maulana
Ibrohim, “Tesis Pembentukan Karakter Peserta Didik Melalui Pendidikan Pencak
Silat di SMK NU Kesesi Kabupaten Pekalongan”, Tesis Pascasarjana STAIN
pekalongan, 2014, h. 161
[30] Sriyanti,
“Tesis Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak Peserta
didik SDN di Kecamatan Paninggaran Kabupaten Pekalongan”. Tesis pasca sarjana
STAIN Pekalongan, 2015, h. v
[31] Dasory Endah
Hyoscymina, “Peran Keluarga dalam Membangun Karakter Anak”, Jurnal Psikologi UNDIP Vol 10 No 2
Oktober 2011 p. 144-152
[32] Irma Khoirsyah
Riati, ”Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Karakter Usia Dini”, Jurnal
Infantia Vol 4 No 2 Agustus 2016
[33] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 64
[34] Suharismi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 5
[35] Andi Prastowo,
Memahami Metode-Metode Penelitian,
(Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2011), h. 51
[36] Didin
Jamaluddin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2013), h. 145-146
[37] PERMENDIKNAS
No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
[38] Muchlas
Samani, Konsep dan Model Pendidikan karakte, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 55 - 57
[39] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.108
[40] Dokumentasi
diambil dari data peserta didik MI Nurul Huda Rangimulya kabupaten Tegal tahun
pelajaran 2017/2018
[41] Salafudin, Statistika Terapan untuk
Penelitian Sosial, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2005), h. 21
[43] Ibid
[44] Ibid,
h. 128
[45] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 145
[46] Suharismi
Arikunto, Prosedur Penelitian, Opcit,
h. 210
[47] Ibid
[48] Sugiyono Metode Penelitian, Opcit,
h.172
[49] Ibid
[50] Suharismi
Arikunto, Prosedur Penelitian, Opcit,
h.171
[51] Ibid
[52] Anas Sudiyono,
Pengantar Statistik Pendidikan,
(Jakarta: Raja Grafindo, 2010), h. 4